Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

"Mengangkangi" Demokrasi

26 Mei 2019   11:53 Diperbarui: 26 Mei 2019   12:07 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrasi ~ Sumber gambar: Twitter Pio Kharismayongha.

Jika Allah berkehendak, mudah bagi Allah untuk menjadikan Prabowo sebagai presiden. Sehebat apa pun kecurangan didesain, tak akan mampu menggagalkan rencana Allah.  

Namun, Allah berkehendak lain. Bahwa Jokowi yg terpilih kembali menjadi presiden. Ini bukan berarti kita harus berpikir fatalis. Namun, mengajak berpikir realistis. Bila yakin ada kecurangan, buktikan di pengadilan. Tak sekadar koar-koar di jalanan.  

Fenomena yang saat ini terjadi adalah terkadang kita merasa diri paling benar, padahal di mata orang lain itu tidak benar. Kita berteriak menyuarakan kebenaran, tetapi bagi orang lain itu salah. Itu sering terjadi dalam kehidupan kita. 

Tanpa sepengetahuan kita, bahwa orang yang beranggapan dirinya benar, padahal bagi orang lain tidak, maka pada saat itu dia telah mempermalukan dirinya sendiri.  Dia tak sadar akan itu, tetapi terus menyuarakan kebenaran menurut dirinya sendiri.  

Cobalah kalian lihat capres Prabowo dan para pendukungnya mengatakan mereka menang dengan jumlah suara 62 persen, tapi apa? Nyatanya mereka menurut hasil real count sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU) mereka kalah. 

Belum lagi, Prabowo yang waktu lalu menyuarakan dirinya menolak hasil penghitungan suara oleh KPU. Mereka berdalih bahwa pemilu 2019 curang. Ini juga disuarakan dengan lantang.  

Sadarkah kita bahwa Prabowo dan pendukungnya telah mempermalukan dirinya sendiri?  Sadarkah kita rasionalitas rakyat dikelabuhi, padahal hasil sebenarnya tidak demikian? Inilah yang sangat memprihatinkan.  Diri sendiri dan juga rekan-rekannya berani bersuara, padahal rakyat sudah melihat mereka kalah menurut data real count KPU. 

Mereka tidak malu bahwa rakyat bisa jadi nyinyir di ruang publik maupun media sosial sampai menghujat mereka. Sungguh saya tak menyangka akan seperti ini. Menolak sama dengan mempermalukan diri sendiri! Nah, ketika terjadi sorakan menolak hasil pemilu, maka saat itu telah terjadi mempermalukan diri sendiri. 

Banyak narasi-narasi yang dibangun untuk mengajak masyarakat sependapat dengan tim Prabowo-Sandi, tetapi ketika media cetak maupun elektronik mengeluarkan rilis terbaru atas hasil penghitungan suara tingkat nasional, Maka saat itu rakyat tahu bahwa Prabowo-Sandi untuk sementara waktu masih kalah dari Jokowi-Amin. 

Kemarin kita mendapatkan hasil resmi KPU yang sudah kita tunggu. Tetapi, menjelang pengumuman resmi tersebut, kita melihat dan mendengar adanya narasi belum bisa menerima hasil rekapitulasi tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun