Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jalaludin Rumi dan Pasukan Penyebar Hoaks

8 Februari 2019   10:11 Diperbarui: 8 Februari 2019   10:54 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hoax || Sumber gambar: Instagram Komikanu

Empat orang lelaki yang berasal dari daerah berbeda diberi sekeping uang. Keempat lelaki itu berkeinginan untuk membelanjakannya sesuai keinginan masing-masing. Pertama, lelaki Persia ingin membeli anggur. Kedua, lelaki Arab justru mendambakan inab. Ketiga, lelaki Turki, lebih tertarik dengan uzum. Sedangkan keempat, lelaki Yunani sangat menginginkan stafil. 

Keempat lelaki itu tetap keukeuh pada keinginan masing-masing, hingga terjadi pertengkaran di antara mereka. Kemudian datanglah orang bijak dan berkata, Aku tidak dapat memenuhi semua keinginan kalian, hanya dengan sekeping uang yang sama. Jika kalian jujur percayalah kepadaku, sekeping uang kalian akan menjadi empat dan keempatnya akan menjadi satu. 

Akhirnya, keempat lelaki itu pun menyadari bahwa mereka menginginkan satu benda yang sama: buah anggur, namun diungkapkan dalam bahasa yang berbeda. Satu hal penting yang mereka terima adalah sebuah informasi yang tidak disertai dengan pengetahuan. 

Cerita yang disadur dari puisi Jalaluddin Rumi: Empat Lelaki dan Penerjemah tersebut merefleksikan pergerakan kelompok Penyebar hoax di dunia maya. Kelompok ini masih berusaha menebarkan sebuah doktrin kaku: Pilihan yang sempurna hanyalah pilihan mereka dan junjungan yang benar adalah junjungan versi mereka. 

Kelompok Penyebar hoax memaksakan doktrinnya kepada kelompok lain yang menempuh jalan politik berbeda. Hingga timbullah pertentangan antarkelompok tersebut, mempertahankan pilihan politik menurut keyakinan masing-masing. Keadaan ini sama dengan kondisi empat lelaki dalam cerita di atas. 

Pada hakikatnya kelompok-kelompok yang saling bertentangan tersebut menginginkan satu hal yang sama: pemimpin. Jika dimaknai secara substantif maka akan berarti kebermanfaatan yang tidak harus diwujudkan dalam pilihan ego diri sebagai institusi. Setiap kelompok memiliki cara untuk menempuh jalan politik kelompok tanpa menghilangkan substansinya. Sementara konflik yang terjadi antara kelompok Penyebar hoax dengan kelompok lain terjadi karena mereka hanya mendapatkan informasi tentang informasi tanpa disertai dengan pengetahuan. 

Di era digital seperti sekarang ini, masyarakat lebih banyak memperoleh informasi dari dunia digital yang validitasnya masih perlu dipertanyakan. Termasuk informasi yang berkaitan dengan pilihan politik. Persebaran doktrin Penyebar hoax ini menjadi ancaman serius bagi iklim demokrasi bangsa Indonesia. Sebab undang-undang yang mengatur tentang permasalahan ini masih ambigu. 

Sementara di sisi lain, dengan memanfaatkan dunia maya, kelompok Penyebar hoax telah semakin mantap mempersiapkan kuda-kuda. Setiap saat, siap untuk menyerang dan membunuh lebih banyak rasa nasionalisme dan kebangsaan rakyat negeri ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun