Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Saat Agama Jadi Lelucon ataukah Kritik Sosial?

18 November 2018   02:22 Diperbarui: 18 November 2018   13:43 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selalu diajarkan Ketuhanan sampai lupa kemanusiaan. || Sumber gambar: Haris Fauzi Photo

Semakin pintar manusia bukan semakin bertambah ketaqwaannya kepada Allah melainkan semakin ia menjauh dariNya. 

Dengan kepintarannya ia berusaha mengelak dari aturan-aturan agama yang ada. Pemahaman yang baru sebesar biji jagung sudah merasa paling pintar dan tidak ada yang menandinginya. Berusaha mencari alasan-alasan untuk melegitimasi perbuatannya. Pemaksaan dalil-dalil yang sudah melewati batas koridornya. Kebebasannya sudah menjadi-jadi. Agama dianggap sebagai sesuatu permainan yang bisa diselipkan trik-trik supaya bisa menang.

Berlagak sok pintar. Banyak di sekeliling kita yang mengatakan "Sholat itu tidak penting, Tuhan tidak butuh sholat kita yang terpenting kita sudah ingat Tuhan". Akhirnya apa? Syariat agama dilanggar. Sholat pun tak pernah ia kerjakan. Padahal sudah sangat jelas disebutkan dalam syariat Agama Islam jika sholat adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk menjalankannya. Syariat Agama islam sudah baku tidak bisa di ubah-ubah kembali. Bukan lapangan untuk ijtihad. Jadi jika ada seseorang yang medekontruksi Syariat islam adalah kesalahan yang besar.

Masalah di atas jika hanya bersifat individual bukan suatu masalah yang berarti. Tapi fakta dilapangan berkata lain. Kesesatan yang mereka lakukan tidak hanya mereka sendiri yang melakukan akan tetapi mereka mengajak orang lain untuk ikut melakukannnya juga. Akhirnya yang terjadi adalah pelencengan-pelencengan terhadap Syariat agama islam yang semakin luas. Jika ini dibiarkan tidak dapat dipungkiri jika nantinya Agama Islam juga akan dikontruksi ulang menjadi Agama yang baru yang hukum dan ketentuan-ketentuannya hasil produksi manusia itu sendiri.

Pada dasarnya yang nampak dalam agama  merupakan suatu larangan atau pendidikan, tetapi didalam perbuatan manusia dalam struktur dan institusi mereka cenderung sebaliknya, yakni cenderung melanggar larangan, melenyapkan makna sesuai dengan keinginan-keinginan manusia. Jadi disini adalah bagaimana kita bisa memanusiakan agama sehingga pemahaman mereka tentang keberagamaan bisa benar.

Kejadian tersebut sejalan dengan pemikiran filosuf islam Aly Harb "deconstructionof The Truth" membicarakan agama dengan perspektif dunia, yakni cara menerjemahkan perintah Tuhan atas dasar manusiawi, teknik-teknik praktik duniawiah dari fenomena keagamaan. Mengkaji kebenaran sebanding dengan mengkaji materi-materi,mempergunakan standar-standar, membangun paradigma-paradigma, membentuk fakta-fakta, menciptakan objek-objek, memformat wacana-wacana, menyematkan makna-makna, atau mempraktikkan subjek, yakni "subjek" itu sendiri.

Dengan kata lain bagaimana kita mengalih bahasakan perintah tuhan menjadi bahasa manusia yang mudah difahami mayoritas manusia secara umum. Seperti contoh, dalam masalah sholat orang awam kebanyakan jika sholat adalah sepenuhnya hubungan seorang hamba kepada tuhannya. Padahal sebetulnya tidak, di dalam sholat terdapat sinergitas antara Tuhan dan sang penyembahnya.

Banyak penelitian menyebutkan jika gerakan-gerakan dalam sholat sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan kita. Mulai dari takbiratul ihram sampai dengan salam di setiap gerakan yang ada menyimpan rahasia yang sangat besar. Ini membuktikan jika manusia membutuhkan sholat secara tidak langsung. Andai kata kebanyakan manusia memahami syariat secara lebih komprehensif penyimpangan-penyimpangan seperti di atas tidak akan terjadi. Bermula dari sebuah kebutuhan secara otomatis juga akan memenuhi kewajiban kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun