Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Relevankah Gerakan Feminisme Amina Wadud

22 September 2018   14:11 Diperbarui: 22 September 2018   14:34 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kajian Feminisme selalu menarik di setiap sisi. || Sumber gambar: dokpri MHF.

Ibu Amina Wadud, seorang Proffesor dan Doktor lulusan Amerika dan Al Azhar Mesir, telah membuat kejutan baru karena menjadi imam sholat Jum'at dengan para jemaahnya yang bukan hanya perempuan.  Tempat sholatnya pun bukan di mesjid seperti lazimnya orang Islam melakukan sholat. 

Sebagai kejutan baru karena yang menjadi imam dalam sholat, terutama sholat Jum'at biasanya seorang lelaki, tapi kali ini seorang wanita.  Tentu saja hal itu menimbulkan pro kontra di kalangan ummat islam di dunia.

Proffesor yang ahli tentang kajian Islam dari Universitas Commonwealth telah mendobrak tradisi imam yang harus pria.  Dia beranggapan bahwa wanita pun mempunyai hak yang sederajat sama dengan pria. Dapat menjadi imam dalam sholat.  Wanita kelahiran Nigeria tersebut mempunyai pendapat teologis bahwa Nabi Muhammad tidak pernah melarang wanita menjadi imam dalam melakukan ritual sholat.

 Lain halnya yang terjadi di tanah air kita, yang mayoritas penduduknya bergama Islam, biasanya yang melakukan sholat Jum'at hanyalah pria. Dari berbagai pendapat ulama ada yang menyebutkan bahwa mengikuti atau melakukan sholat Jum'at bagi wanita hukumnya sunah. 

Dengan mengambil logika itu saja, sebenarnya kita tidak perlu 'repot-repot' mencari imam wanita. Yang harus menjadi perhatian kita saat ini bukan persoalan itu, tapi persoalan pria yang ber-KTP Islam, tapi selalu berkeliaran di jalanan pada saat sholat Jum'at berlangsung.

Tentu banyak komentar miring yang ditujukan kepada Dr Amina Wadud, terutama pendapatnya tentang wanita dapat menjadi imam sholat itu  Komentar pedas akan bermunculan, terutama dari kelompok Islam yang bukan liberal.  

Munculnya komentar adalah sesuatu yang sah dan perlu dihargai oleh semua pihak, terutama oleh semua pihak yang menjunjung tinggi demokrasi.  Tapi di lain sisi kita pun harus dengan sadar dan jernih bahwa dari ragawi antara pria dan wanita ada yang berbeda.  Perbedaan itu harus dimaknai adanya fungsi dan struktur kehidupan yang saling isi-mengisi.  Mengisi kelemahan masing-masing oleh kelebihan masing-masing pihak.

Ada yang beranggapan bahwa feminisme lahir guna mendobrak tradisi yang islami yang cenderung oleh penuduh dianggap sebagai belenggu kebebasan kaum wanita.  Hal itu rasanya tidak cukup adil dipersalahkan demikian.  Kalau mau jujur melihat ke masa lampau, justru Islamlah yang telah mengangkat harkat derajat wanita sejajar dengan pria.  Tapi, kenapa sekarang setiap 'pendobrakan' yang berkaitan dengan wanita hampir selalau tertuju kepada masyarakat Islam?

Akar Gerakan Feminisme di Beberapa Agama

Kalo kita pelajari tetangga kita yang 'terdekat' saja, seperti Katolik dan Yahudi, maka ada sesuatu yang mirip dengan tradisi Islam. Mengapa hal itu tidak menjadi pilihan kaum feminisme untuk bahan pendobrakan? Atau cukup dunia Islam saja yang ingin mereka pojokan sampai ke sudut-sudut yang paling gelap? 

Karena Islam berpatokan pada kaidah-kaidah Ilahi yang diturunkan melalui Qur'an dan hadits, maka upaya pemojokkan terhadap dunia Islam akan berjalan sia-sia, karena sudut pandangnya yang berlainan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun