Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hoaks Semut dan Isra Miraj

13 April 2018   10:46 Diperbarui: 13 April 2018   11:15 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Syahdan, seekor semut hitam di Semarang sedang diam termenung. Tiba-tiba ia dihampiri oleh temannya. Sang teman bertanya, "Bagaimana sobat, apakah kamu mendapatkan sesuatu tadi malam?" Si semut menjawab, "Ya, saya baru pulang dari Mekah semalam." 

Si penanya terheran-heran seraya bertanya sekenanya, "Apakah kamu akan memberitahukan berita ini ke semua semut di kota ini?" "Ya", jawabnya singkat. Tanpa disuruh, semut penanya itu langsung berteriak memanggil-manggil temannya. Suaranya yang berat dan keras menandakan ia adalah penggede semut di kota ini. Walaupun ia pembesar, namun perangainya jauh dari kebijaksanaan. Motivasinya memanggil itu pun hanya ingin mempermalukan temannya yang dianggapnya sebagai pemimpi.

Dalam waktu sekejap seluruh semut yang mendengar seruannya langsung berdatangan bak mendengar undangan kampanye calon pejabat. Ia mengawali pembicaraan dengan sinis, "Wahai saudaraku sebangsa semut. Kita tahu di kota ini ada seekor semut yang suka membawa berita aneh. Walaupun ia dikenal jujur, namun semakin lama omongannya semakin ngaco. Pagi ini ia membawa kabar bahwa semalam ia baru pulang dari Mekah.

Apakah kalian percaya dengannya?" Seluruh semut yang hadir sontak gaduh. Sebagian bergumam menggunjingkan rekam jejak kejujuran si pembawa berita. Sebagian yang lain langsung meneriakinya sebagai semut penipu, pembohong, dan penyihir. Bahkan ada yang mengolok-oloknya sebagai semut gila. Apa pasal? Karena berkunjung ke Mekah bagi dunia semut adalah mission impossible.

"Bagaimana ia mengarungi daratan dan menyeberangi lautan? Kalau dengan terbang, bagaimana ia mendapatkan sayap?", ujar salah satu semut yang intelek. Si semut intelek ini lantas mendekati semut yang menjadi pusat pergunjingan dan bertanya, "Apakah kamu bisa menceritakan detail kota Mekah?" "Tentu. Di sana manusia berjubel, banyak batu dan pasir.

Aku sempat berkenalan dengan semut yang tinggal di Arab," jawab semut yang dianggap aneh itu. Si penanya semakin penasaran, "Bagaimana kamu bisa menaklukkan daratan dan menyeberangi lautan? Apa kamu bisa terbang?" Dengan tenang, ia menjelaskan kronologinya. "Pada mulanya, aku tidak mengira akan pergi ke Mekah. Nama kota itu pun baru aku dengar dari teman baruku," tandasnya yakin. 

Kemudian, ia mengaku semula hanya mencari makanan di tumpukan tas kopor. Tiba-tiba, ia terkunci dan dibawa entah kemana. "Selebihnya aku tidak tahu. Aku hanya tahu tas koper yang berisi penuh makanan itu", jawab semut yang sedang terkenal itu. Seluruh semut di kota ini belum bisa menerima berita yang dibawanya. Berkunjung ke Mekah tidaklah masuk akal bagi dunia semut, sampai kapanpun.

Perbedaan dimensi menimbulkan perbedaan logika. Bagi dimensi semut, berkunjung ke Mekah tidaklah mungkin. Padahal, itu mungkin bagi dimensi manusia. Ketika ada semut yang mampu masuk dalam dimensi manusia dan menjadikannya mampu melakukan sesuatu yang tidak mungkin bagi dunianya, maka semut itu dicemooh. Padahal apa yang dilakukan semut itu hanyalah menumpang salah satu koper jamaah haji Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun