Mohon tunggu...
Haris Fifta Putra
Haris Fifta Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Kabupaten Mojokerto

Haris Fifta Putra

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Penggunaan Mata Uang Dinar dalam Perdagangan Antar Negara Anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI)

25 Maret 2023   05:00 Diperbarui: 30 Agustus 2023   22:56 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Polemik Perekonomian Global Saat Ini

               Organisasi perdagangan dunia WTO (World Trade Organization) dibentuk pada tahun 1995 bertujuan untuk menciptakan perdagangan bebas yang memudahkan perputaran barang atau jasa dari suatu negara ke negara lainnya sebagai upaya  proses globalisasi perdagangan internasional. Salah satu turunan dari globalisasi perdagangan internasional ini adalah terbentuknya sistem kapitalisme oleh negara – negara barat. Di bawah dominasi kapitalisme, menimbulkan krisis moneter yang terjadi di berbagai penjuru dunia. Negara Amerika Serikat pun telah merasakannya pada tahun 2008, dan diikuti oleh semenanjung Eropa pada pertengahan tahun 2010.

               Dalam menganalisa penyebab utama timbulnya krisis moneter tersebut, banyak yang menyimpulkan bahwa kerapuhan fundamental ekonomi merupakan penyebab utama munculnya krisis ekonomi. Michael Camdessus (1997), Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes menyebutkan bahwa ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi.

               Sementara itu, menurut pakar Ekonomi Islam, Endi Kurniawan (2010) menyebutkan bahwa penyebab utama krisis moneter adalah kecacatan sektor moneter (keuangan) dan sektor riil yang dalam Islam dikategorikan dengan riba. Sektor keuangan berkembang cepat melepaskan dan meninggalkan jauh sektor riil. Bahkan, ekonomi kapitalis tidak mengaitkan sama sekali antara sektor keuangan dengan sektor riil. Tercerabutnya sektor moneter dari sektor riil terlihat dengan nyata dalam bisnis transaksi maya (virtual transaction) melalui transaksi derivatif yang penuh ribawi. Sehingga, transaksi maya sangat dominan ketimbang transaksi riil. Transaksi maya mencapai lebih dari 95% dari seluruh transaksi di dunia. Sementara transaksi di sektor riil berupa perdagangan barang dan jasa hanya sekitar 5% saja.

Pengaruh Uang Fiat dalam Perdagangan Internasional Terhadap Krisis Moneter Global

               Pakar manajamen tingkat dunia, Peter Drucker dalam artikel Husin (2012), menyebut gejala ketidakseimbangan arus moneter dan arus barang/jasa sebagai adanya decoupling, yakni fenomena keterputusan antara maraknya arus uang (moneter) dengan arus barang dan jasa.  Sekedar ilustrasi, Didin S. Damanhuri (2008) menjelaskan tentang fenomena decoupling, misalnya sebelum krisis moneter Asia, dalam satu hari dana yang ada dalam transaksi maya di pasar modal dan pasar uang dunia diperkirakan rata-rata beredar sekitar 2-3 triliun dolar AS, atau dalam satu tahun sekitar 700 triliun dolar AS. 

               Padahal arus perdagangan barang dan jasa secara international dalam satu tahunnya hanya berkisar 7 triliun dolar AS. Jadi, arus uang 100 kali lebih cepat dibandingkan dengan arus barang. Penggelembungan dana tersebut salah satunya disebabkan oleh bertambahnya utang luar negeri melalui suku bunga kredit yang besar dan menguatnya nilai dollar AS terhadap mata uang domestik negara lain. Akibat jumlah uang yang beredar sangat tidak seimbang dengan jumlah barang di sektor riil maka berdampak pada laju inflasi yang tidak terkendali.

               Selain itu, fenomena ketidakseimbangan sektor riil dan moneter dapat dipicu oleh maraknya bisnis spekulasi (terutama di dunia pasar modal dan pasar valas). Dengan adanya spekulasi, pergerakan nilai mata uang mengalami fluktuasi sehingga pembengkakan dan pengempisan nilai transaksi perdagangan sering terjadi. Pergerakan harga saham, obligasi, dan sebagainya di pasar modal disebabkan oleh persepsi investor terhadap kondisi pasar modal tersebut. Persepsi ini pada akhirnya akan mempengaruhi dana investasi yang masuk ke suatu negara, sehingga mempengaruhi cadangan devisa yang salah satunya bersumber dari dana investasi asing. Dan tentunya dengan cadangan devisa yang kecil akan berdampak negatif pada  impor suatu negara. Kegiatan ekspor – impor yang terhambat menyebabkan terjadinya kelangkaan barang, hingga kemudian timbulnya krisis moneter global.

 

2.  Dinar Sebagai Mata Uang Perdagangan Internasional Antar Negara Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun