Mohon tunggu...
Rishar SaidahTulan
Rishar SaidahTulan Mohon Tunggu... Lainnya - Be close to god, thus we will find the peace.

Larik puisi bagian ku menuntun sukma tuk tak sembilu, aku si penyair fajar yang membentang bagai rembulan. Itu saja kiasan liniku, semoga bisa membantu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cahaya

23 Oktober 2020   20:07 Diperbarui: 23 Oktober 2020   20:07 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bermula datangnya fajar hingga larut menggenggam ujungnya..

Menarik ulur wibawanya sebagai cahaya di malam purnama..

Cahayanya tak pernah padam dengan sendiri..

Dia berdiri untuk menyinari sela-sela tiang yang kering..

Memberi kehidupan dengan asupan Akhlaki..

Cahayanya pun lebih terang dari goresan pena yang mencampuri tinta dengan warna imajinasi..

Wahhh...! Gelap terang pun tak peduli pada rendahnya opini..

Hingga menimbulkan banyak persepsi yang dipungkiri..

Cahaya..cahaya..

Kau memang cahaya, tapi pantaskah kau sembunyikan percikanmu..

Kenapa..?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun