Mohon tunggu...
Hari Purwanto
Hari Purwanto Mohon Tunggu... Konsultan - Do The Best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Direktur Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Mahasiswa Pasca Sarjana Univ. Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Keberhasilan Mengurangi Kemiskinan di Angka 1 Digit

17 September 2018   22:19 Diperbarui: 17 September 2018   22:41 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia mencetak pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 2014-2017, rata-rata berkisar 5 persen. Pada 2014, ekonomi nasional bertumbuh 5,02 persen. Lalu turun menjadi 4,9 persen di 2015, pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi 5,02 persen dan 2017 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen. 

Dari pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu berada di angka 5 persen dan mengalami peningkatan semester 1 2018 sebesar 5,27 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu tersebut bisa membuka peluang investasi untuk hadir ke Indonesia. Berdasarkan sumber data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan beberapa point mengenai angka kemiskinan yang menurun menjadi 1 digit, yaitu:

1. Pada bulan Maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen), berkurang sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen).

2. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 7,26 persen, turun menjadi 7,02 persen pada Maret 2018. Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 13,47 persen, turun menjadi 13,20 persen pada Maret 2018.

3. Selama periode September 2017--Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 128,2 ribu orang (dari 10,27 juta orang pada September 2017 menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 505 ribu orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81 juta orang pada Maret 2018).

4. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2018 tercatat sebesar 73,48 persen. Angka ini naik dibandingkan kondisi September 2017, yaitu sebesar 73,35 persen.

5. Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.

Penurunan jumlah penduduk miskin ini disebabkan beberapa faktor. Di antaranya bantuan sosial (bansos) yang diberikan oleh pemerintah. Selain itu karena ada peningkatan penyaluran program beras sejahtera (rastra) dan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT). 

Yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga pangan dan energi dampak dari krisis global. Pemerintah perlu menjaga angka kemiskinan 1 digit agar isu kemiskinan tidak ditunggangi karena menghadapi tahun politik. Peluang Jokowi untuk terpilih kembali diperiode kedua semakin terbuka dengan menjaga stabilitas harga sandang, pangan dan papan bagi masyarakat khususnya kelas menengah kebawah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun