Mohon tunggu...
Hariman A. Pattianakotta
Hariman A. Pattianakotta Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penyuka musik

Bekerja sebagai Pendeta dan pengajar di UK. Maranatha

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dukungan untuk Kemanusiaan dan Perdamaian Palestina-Israel

24 Mei 2021   15:25 Diperbarui: 25 Mei 2021   08:48 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Soekarno dulu memberikan petuah: "Kalau jadi Islam, jangan jadi Arab, kalau jadi Kristen jangan jadi Yahudi, kalau jadi Hindu jangan jadi India, kalau jadi Budha jangan jadi Tionghoa. Jadilah Indonesia."

Petuah Soekarno itu tetap relevan. Bahkan, hari-hari ini semakin kritis untuk kita maknai dan hidupi. Pasalnya, orang beragama di Indonesia terlalu gampang mengindentifikasi dirinya dengan daerah asal agama-agama besar itu.

Walaupun agama Kristen itu berasal dari agama Yahudi, kekristenan bukan Yudaisme. Orang Kristen Indonesia juga bukan orang Yahudi. Hal yang sama berlaku pula untuk Islam. Walaupun berasal dari Arab, Islam tidak sama persis dengan Arab. Orang Islam Indonesia juga bukan warga negara Arab.

Walaupun saling memengaruhi, agama dan budaya perlu dibedakan. Demikian halnya dengan agama dan politik.

Konflik Israel dan Palestina adalah konflik politik dan ekonomi yang terkait dengan pendudukan tanah dan penguasaan kekayaan yang terkandung di dalamnya. Konflik Palestina-Israel Bukan konflik agama, meskipun konflik ini sering dilegitimasi oleh sumber-sumber agama. Kelompok politik Yahudi misalnya menyebutkan bahwa Yerusalem adalah tanah yang diberikan Allah/YHWH berdasarkan klaim kitab sucinya. Klaim ini tidak boleh membuat kita berpikir seperti mereka.

Mengapa? Negara Israel sekarang tentu berbeda dengan Israel yang ditulis di dalam kitabnya atau Perjanjian Lama-nya orang Kristen. Warga negara Israel sekarang ada yang beragama Yahudi, Islam, dan Kristen. Israel sekarang adalah sebuah entitas politik, bukan komunitas teologis yang diidentifikasi sebagai umat pilihan Allah yang harus dibela oleh orang Kristen konservatif di mana pun.

Pun demikian Palestina. Berbeda Palestina sekarang dengan Palestina dulu yang terdapat dalam cerita Perjanjian Lama. Palestina sekarang penduduknya beragama Islam dan Kristen. Di Palestina juga terdapat aliran-aliran politik yang berbeda. Karena itu, kita yang bukan orang Palestina tidak perlu mengidentifikasi Palestina hanya dengan satu kelompok agama tertentu.

Warga Indonesia Jangan Lucu!

Sayangnya, konflik Palestina-Israel sering mengaduk-aduk emosi kita orang Indonesia. Kita memang lucu. Orang di seberang sana yang terus berperang, tetapi kita yang kebakaran jenggot! Bahkan, ada orang kita yang melihat konflik di sana sebagai konflik agama.

Padahal, seperti yang dikatakan di atas, baik di Palestina maupun Israel ada penduduk yang beragama Islam dan Kristen. Kita jangan menjadi badut yang tidak lucu dengan melibatkan emosi kita dengan pro-kontra salah satu negara berdasarkan sentimen agama.

Agama Kristen tidak sama dengan agama Yahudi. Agama Yahudi tidak mengakui Yesus sebagai Kristus atau Mesias. Karena itu, Kristen konservatif di Indonesia mestinya bisa membuka mata untuk melihat secara kritis soal konflik Palestina-Israel, dan tidak mendukung Israel secara buta. Demikian juga dengan umat Muslim yang melihat seolah-olah Palestina itu hanya Islam, dan karena itu dukungan diberikan secara buta juga kepada Palestina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun