Mohon tunggu...
Hari Dewanto
Hari Dewanto Mohon Tunggu... Profesional Hypnotherapist -

I am a profesional trainer and happiness tranceformer (happiness provocator) who willing to make Indonesia happier

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebaran Zaman Dulu dan "Zaman Now"!

14 Juni 2018   14:39 Diperbarui: 14 Juni 2018   14:59 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Allahu Akbar Allahu Akbar Wallilah Ilham

Tanpa  terasa ujian ramadhan telah genap satu bulan. Takbir, tahmid, tahlil segera berkumandang. Memecah keheningan malam, mengantar rasa syukur pada-Nya.

Esok pagi menyambut hari yang fitri, hari lebaran 1439 H


L-ive is go on,

E-verything reborn again,

B-ut

A-ll of the sin;

R-egret still inside in me,

A-nd I wanna say

N-othing but taqobbalallahu minna wa minkum

Ada rasa gembira karena telah memenangi pertempuran sebulan penuh. Namun ada jua kesedihan karena belum tentu bisa bersua lagi dengan bulan penuh rahmat itu.

Setiap kali lebaran tiba, selain takbir yang berkumandang tanpa kenal lelah,  juga ucapan saling memaafkan kepada sanak saudara, kerabat, tetangga serta handai tolan. Meski dalam Islam sendiri tidak ada perintah khusus mengenai hal ini namun budaya timur kita telah turun temurun mengajarkan untuk saling memaafkan di hari nan fitri ini.

Dan seiring dengan perkembangan jaman serta teknologi komunikasi maka terjadi pergeseran dalam pengamalan budaya ini. Jika dulu setiap lebaran tiba maka kita akan saling mengunjungi dan kemudian bersalaman untuk saling meminta maaf atau memaafkan. Untuk keluarga atau handai tolan yang jauh lokasinya maka kita akan saling berkirim kartu lebaran baik melalui pos atau cara pengiriman lainnya.

Sejak awal ramadhan biasanya kita telah berburu kartu lebaran atau membuat sendiri kartu tersebut agar lebih terasa personal.

Kemudian kita akan merancang kata-kata yang bagus atau minimal pantas dan sesuai dengan penerima kartu tersebut. Kita akan menandatangani kartu itu satu persatu dengan penuh perasaan. Rasa puas tergambar pada diri kita ketika kartu tersebut telah sampai ke tujuan.

Menggunakan sebuah kartu lebaran,  meskipun kita tidak hadir saat lebaran namun syahdunya masih bisa terasa.

Lain dulu lain pula sekarang. Di jaman now ini tidak ada lagi perburuan kartu lebaran atau pembuatan sendiri. Semua mengikuti budaya praktis dan ekonomis. Dengan adanya gadget di hampir semua tangan masyarakat kita maka ucapan lebaran menjadi sangat simpel dan seperti kehilangan ruhnya.

Menjelang lebaran seperti sekarang ini setiap kita tentunya telah siap dengan salam lebaran di gadget masing masing. Tak peduli lagi tetangga, saudara yang dekat tempatnya atau handai tolan yang jauh,  semua menjadi sasaran salam lebaran nan canggih ini. Mulai dari SMS,  BBM,  whats app, Kakao Talk,  we chat dan seabrek nama lainnya akan mengalami 'peak traffic' selama beberapa hari ini.

Parahnya lagi semua salam lebaran itu terbang lalu lalang dalam format BC alias Broadcast. Tak ada personalisasi nama atau tandatangan pengirimannya. Semua tinggal copy and paste. Sangat simpel dan tanpa ruh.

Only single finger needed.

***

Pertanyaan yang sering muncul di kepala saya adalah sebenarnya salam lebaran ini ditujukan kepada saya atau gadget saya sih? Dulu saat BBM masih sangat fenomenal, ketika ada salam lebaran masuk dalam warna maroon (yang artinya adalah BC)  biasanya akan saya cuekin saja. Karena saya beranggapan bahwa salam lebaran itu bukan untuk saya melainkan untuk gadget saya. Lain halnya jika warnanya hitam, meskipun tanpa ada nama saya di sana maka saya akan menjawabnya lengkap dengan ucapan terima kasih dan menuliskan nama pihak yang telah mengirimkan pesan digital tersebut.

Saya sendiri mencoba untuk selalu berhati-hati dalam hal ini. Saya masih mencoba menuliskan nama pengirim dan nama saya sesuai dengan panggilan yang biasa dilakukan orang tersebut kepada saya. Kawan SMP sesuai dengan panggilan masa SMP, kawan SMA & kuliah saya sesuaikan juga. Begitu juga dengan rekanan serta kolega bisnis.

Maaf Kawan, bukan bermaksud sombong atau sok kalau saya membuat tulisan ini. Saya hanya ingin mengembalikan budaya salam lebaran yang penuh dengan ruh dan kesyahduan yang saya rasakan ketika saya kecil.

Masih ada waktu dan tips kok untuk tetap menjaga kesyahduan itu dengan cara:

  1. Tetap  memberikan personalisasi (tuliskan nama penerima) dalam salam lebaran digital kita.
  2. Usahakan untuk melakukan cek n ricek nama penerima sebelum menekan tombol send. Jangan sampai nama di redaksi bapak A namun terkirim ke ibu B.
  3. Kalau meng-copy salam lebaran dari orang lain,  pastikan Anda sudah mengganti nama pengirim  dengan nama Anda.
  4. Pastikan juga mengganti tahun lebarannya dengan 1439 H
  5. Jika ingin memulai dengan salam keselamatan tuliskan minimal Assalamualaikum jangan hanya 'ass' karena artinya sangat berbeda
  6. Dengan makin mudahnya aplikasi pembuatan video maka makin banyak pula pihak yang membuat ucapan dalam format video. Pastikan saja file video Anda tidak terlalu besar, agar tidak menyedot quota penerima Anda.
  7. Meski telah mengirim salam lebaran digital namun usahakan untuk tetap mengunjungi tetangga, saudara atau handai tolan yang terjangkau

Akhirul kata, saya dan keluarga mengucapkan Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1439 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin.

Taqaballahu minna wa minkum. Taqabbal Yaa Kariim

Maaf jika ada kata yang kurang berkenan.

Tabik

-haridewa-

#Alhamdulillahbesoklebaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun