Mohon tunggu...
Hari Akbar Muharam Syah
Hari Akbar Muharam Syah Mohon Tunggu... Auditor - Karyawan

Karyawan di Salah Satu Perusahaan Swasta Nasional. Menulis tentang Jalan-jalan, sosial dan sastra. Pendatang baru di dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perumusan Akta Lahir dari Seorang Bayi Bernama Indonesia

16 Agustus 2019   17:51 Diperbarui: 16 Agustus 2019   17:59 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, perumusan tersebut dilakukan di kediaman seorang Jepang yang bisa saja sewaktu-waktu memmbelot. Mengingat saat itu, pemerintahan Jepang berjanji pada sekutu agar tetap mengisi status quo dan tidak mengizinkan kemerdekaan Indonesia.   

Naskah otentik yang telah di-repro dan diperbesar 

dokpri
dokpri
Usai sahur, tepat pukul 04.00, Naskah selesai dirumuskan. Beberapa anggota PPKI yang hadir menyambut ketiga perumus naskah di serambi depan rumah Laksamana Maeda. 

Beberapa diantaranya mengusulkan agar naskah ditandatangani oleh semua peserta yang hadir. Namun Soekarni menyerankan agar yang menandatangi naskah proklamasi itu cukup dua orang yaitu Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia. Semua peserta Sepakat. 

Kala itu, tidak ada meja di serambi depan, kedua tokoh tersebut menandatangani naskah di atas sebuah piano besar milik Maeda. Piano tempat penandatanganan naskah Dengan segera, BM Diah membawa naskah tersebut ke ruangan pengetikan dan segera diketik oleh Sayuti Melik dengan menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. 

dokpri
dokpri
Berapa kata seperti “Tempoh” diganti dengan “tempo”, “hal2” diganti dengan “hal-hal” dan “Wakil2 bangsa Indonesia” diganti dengan “atas nama Bangsa Indonesia”.  Sayuti Melik tengah mengetik naskah Naskah kemudian dibacakan di kediaman Soekarno di Pegangsaan timur tepat tanggal 17 Agustus 1945. 

Saat membaca naskah mungkin Soekarno dan Hatta dalam keadaan mengantuk berat karena semalaman telah letih membuat naskah, namun semangat kemerdekaan membuatnya tak terlihat letih sedikitpun. 

dokpri
dokpri
Lantai satu museum tak banyak menampilkan barang sejarah, karena menurut pemandu, banyak koleksi yang  sudah tak asli lagi. Koleksi tersebut bertahap diambil oleh pemerintahan Inggris pada awal 80-an membuat benda-benda asli banyak yang hilang. 

Seorang sekretaris dan kepala urusan rumah tangga rumah Maeda pernah mengunjungi bangunan ini dan membenarkan bahwa beberapa furniture dan koleksi sudah tak asli lagi. Sangat disayangkan. 

Lantai dua memuat banyak foto mengenai proses penyusunan naskah serta perjuangan yang menyertainya. Peristiwa Rengasdengklok hingga pristiwa agresi militer tertata apik dalam sebuah alur foto yang didisain modern dan rapi. 

Dengan foto-foto yang sudah banyak direstorasi dan tata letak yang cermat, museum yang dikelola oleh dinas Pendidikan dan kebudayaan ini cukup memberikan pemahaman yang baik mengenai proses persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada pengunjung.   Poster dan Foto yang cukup informatif di Lt. 2 gedung Museum 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun