Mohon tunggu...
hariadhi
hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Editor, designer, entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rest Area Masa Jokowi, Sebuah Evolusi Tanpa Henti

1 Januari 2019   13:18 Diperbarui: 1 Januari 2019   13:24 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seberapa pentingkah rest area dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia? Banyak orang menganggapnya hanya sesederhana tempat membuang hajat dan parkir sejenak. Namun diam-diam rest area mulai berevolusi menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru.

Dulu banyak orang mengeluhkan bagaimana pembangunan tol mematikan potensi ekonomi daerah-daerah yang dilewatinya. Jalan tol memudahkan rakyat di desa mempraktekkan urbanisasi, untuk berpindah ke kota yang menawarkan kesempatan lebih baik untuk lebih makmur dan berkembang. Lagipula dengan adanya tol, tidak ada lagi kepentingan bagi para petualang untuk berhenti sejenak, melepas lelah. Tol tidak memungkinkan penggunanya berhenti seenaknya, kecuali di rest area.

Sebelum masa pemerintahan Jokowi, rest area banyak digunakan untuk membangun kapitalisme gaya baru. Berbagai franchise kafe dari pemodal besar, junk food, dan jaringan minimarket raksasa bertebaran di berbagai rest area. Kalaupun ada warung-warung kecil, biasanya ditaruh di bagian belakang, melayani supir-supir truk dan bus yang belanjaannya tentu tidak seberapa. Seolah pembangunan memang hanya mendatangkan keuntungan untuk yang bermodal saja. 

Berbagai kritik bermunculan atas fenomena ini. Salah satunya dari caleg PSI, mas Kokok Dirgantoro, yang sangat berharap BUMDes bisa masuk ke rest area. Dan kritik itu dijawab oleh pemerintahan Jokowi.

"Jangan sampai tol hanya berdiri sendiri sebagai jalan tol. Semuanya harus diintegrasikan sehingga manfaatnya betul-betul maksimal. Mobilitas orang dan barang semua bisa melalui jalan tol ini dan bisa berjalan dengan cepat," kata Jokowi pada saat peresmian Tol Sragen-Ngawi, Rest Area 358, Jawa Tengah.

Serentak, berbagai pemilik tol kelabakan mengatur agar tidak ada lagi franchise pemodal besar yang masuk, kini berbagai produk BUMDes dan kerajinan lokal bisa masuk dan menyesaki rest area. Lokasinya pun strategis, di bagian depan, dekat parkiran! Bahkan bukan hanya yang dibangun dan dimiliki BUMN, tol milik swasta seperti Astra pun kini dengan bangga menulis besar-besar bahwa rest areanya di tol Mojokerto-Kertosono KM 678 mengakomodasi BUMDes dari Desa Pesantren. 

Ibu Worosunarsih yang ikut menjaga dagangan ibu-ibu PKK setempat menyatakan bahwa memang pihak pengelola tol, bekerjasama dengan desa dan kelurahan di sekitar memberikan lapak yang cukup layak. "Selain makanan berat, kami juga menjual bakso, snack, yang dibuat oleh Ibu-Ibu PKK." Sehingga kreativitas para emak-emak ini bisa dimanfaatkan maksimal.

Pun di rangkaian Tol Pemalang-Semarang yang baru diresmikan, tak satupun terlihat jajaran brand junk food ternama. Yang ada adalah warung-warung dengan masakan lokal setempat. Misalnya di rest Area KM 294, menjelang Brebes, yang dijual adalah telor asin, batik, nasi lengko, dan tahu Sumedang. 

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Dan tak sekedar makan dan oleh-oleh, usaha toilet pun ikut terdongkrak akibat tersambung komplitnya Tol Jawa. Seperti kesaksian Pak Damo di Rest Area Brebes menuju Semarang, yang sebenarnya warga sekitar yang mengisi waktu luangnya saat tidak menanam bawang. Ia menunggui toilet dengan penghasilan yang sangat lumayan, apalagi menjelang tahun baru dan didorong oleh telah komplitnya tol Trans Jawa. 

dokpri
dokpri
"Ya lumayan rame ya sekarang.  nambah sih ya pastilah nambah. Alhamdulillah senenglah ada tol baru. Ada kemajuan!" sahutnya dengan muka berseri. Dulu saat tol masih setengah jadi, ungkapnya, memaksakan diri menanam bawang saat musim hujan bisa menghasilkan kerugian karena membusuknya bawang yang disiram dengan terlalu banyak air dan cuaca lembab. Kalau sudah begitu, petani cuma bisa menangis.

Rest area ini juga menjadi tempat berkumpul dan bertukar informasi bagi para pengemudi truk. Berkat tol baru, kata Yoga dari Lampung, berdagang nenas jadi lebih mudah karena nenas-nenas terbaik dari Lampung bisa sampai ke Semarang lebih segar. Sebelumnya, menurutnya macet di Alas Roban bisa menghabiskan waktu setengah hari sehingga tentu akan berdampak kepada kualitas nenas yang diangkut di truknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun