Hari Selasa, tanggal 20 Maret 2018 kemarin, saya mendapat kesempatan untuk diundang dan ngeblog lagi tentang acara Forum Merdeka Barat 9 yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.Â
Acara ini secara rutin dan kontinu telah menjadi tempat klarifikasi berbagai isu dan hoax yang menyerang pemerintah. Kali ini adalah hoax yang menyerang mengenai tidak seriusnya penanganan narkoba, apalagi sejak sosok kontroversial Buwas sudah tidak lagi menjabat Kepala BNN.Â
Katanya karena Jokowi justru kesal karena penyelundupan berton-ton narkoba China digagalkan. Lebih jauh presiden kita ini difitnah kurus karena senang pakai obat-obatan terlarang, sehingga Buwas dicopot dan diganti dengan sosok yang tidak kompeten.Â
Benarkah?
Karena itulah FMB9 mengundang Kepala BNN yang baru, Heru Winarko, Anggota DPR Komisi III, Artheria Dahlan, dan Heru Pambudi, Dirjen Bea dan Cukai. Ketiga tokoh ini menjelaskan bagaimana seriusnya pemerintah memberangi bandar narkoba dan jaringan sindikatnya.Â
Bu Niken R Widiastuti, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kominfo membuka acara ini dengan sebuah tantangan "Korban narkoba sudah banyak berjatuhan, mulai dari anak-anak hingga orangtua. Karena itu ayo bersama-sama memberantasnya!"Â
Tentu yang jadi pertanyaan kita bersama adalah, bagaimana mungkin pemerintah bisa dikatakan serius bila jumlah narkoba yang tertangkap makin banyak, bahkan berton-ton?
Namun di pasar narkoba berlaku, semakin barang sulit didapat, maka harga semakin tinggi, semakin besar godaan untuk mendapatkan untung berlimpah, maka semakin besar-besaran pula upaya untuk menyelundupkan. Sebagai perbandingan, narkoba di tempat asalnya cuma beberapa ratus ribu, sampai di Indonesia sudah jutaan. Dan peliknya, 70-80 persen narkoba yang ada di Indonesia diproduksi di negara lain.
Tapi hal tersebut bukanlah alasan bagi BNN dan Bea Cukai untuk bermalas-malasan untuk menangkap narkoba. Justru sebuah tantangan besar karena narkoba jelas merusak kehidupan bangsa.Â