Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pertamina Era Ahok Makin Efisien, Tikus-tikus Menjerit

15 Juni 2020   16:01 Diperbarui: 15 Juni 2020   15:56 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://kumparan.com/

Beberapa waktu lalu saya berdiskusi kecil dengan Pak Ahok. Memang tak banyak informasi yang diberikan, situasinya sangat formal dan tak mungkin juga seorang Komut membocorkan isi jeroan perusahaannya jelang pergantian kepemimpinan.

Tapi saya perhatikan secara umum beliau memberikan harapan perubahan. Pertamina akan lebih efisien, tak lagi seperti dulu yang jadi ATM politikus dan tikus-tikus penggarong negara.

Dan benar saja, setelah RUPS, berbagai perubahan terjadi di Pertamina. Pertama, Pertamina tak akan lagi sudi dipermainkan Saudi Aramco yang terus-menerus memberi PHP. Selama ini siapapun yang mengajak kerjasama investasi pengembangan kilang pasti akan meminta berbagai fasilitas tak masuk akal, termasuk minta aset segala. Sementara komitmen investasi yang disepakati tak pernah dipenuhi, bahkan malah diturunkan.

Ini tentu merugikan bagi kita yang butuh kilang minyak setelah bertahun-tahun menjadi sapi perah bangsa lain karena kekayaan yang dikeruk dari bumi sendiri. Tak juga membangun kilang setelah dicipoa bertahun-tahun, terbukti telah membuat kita kehilangan kesempatan saat harga minyak internasional naik maupun turun. 

Kita selalu gagal memanfaatkan momen karena harus dibelenggu oleh impor BBM yang bergantung kepada Singapura, alias MOPS (Mean of Platts Singapore).

Negara penghasil minyak dibelenggu oleh negara kecil yang sama sekali tak pernah menghasilkan minyak barang setetes pun, kasihan betul.

Langkah lainnya adalah membegal makelar minyak internasional. Walau sebelumnya Petral telah dibubarkan, Pertamina masih saja harus didikte oleh trader-trader BBM di pasaran internasional. Padahal sebagai pembeli skala besar, untuk kebutuhan negara seraksasa Indonesia, harusnya Pertaminalah yang mendikte trader dan pasar.

Maka Erick Thohir melalui Ahok sebagai perwakilan pemerintah sebagai pemegang saham di Pertamina, kemudian memerintahkan dimulainya pemangkasan pembelian melalui trader. 

Pertamina kini menyiapkan diri untuk membeli sendiri pasokan minyak dari perusahaan penghasil minyak melalui mekanisme tender. Andaipun tidak mendapatkan harga semurah mungkin, langkah ini setidaknya bisa menghilangkan beban untuk profit trader sebesar US$ 5-6 per barelnya.

Pertamina juga sudah memulai langkah memandirikan kebutuhan biosolar melalui pemanfaatan B30, dan selanjutnya akan terus ditingkatkan menjadi B100. Selama ini keengganan memanfaatkan minyak sawit produksi dalam negeri telah banyak menyengsarakan para petani. Mau diekspor, harus menghadapi black campaign dari Eropa yang berusaha menciptakan kesan produksi minyak sawit kita tidak ramah lingkungan.

Maka memaksimalkan produksi sawit sendiri memiliki dua keuntungan. Selain kita tidak lagi bisa didikte melalui impor BBM, terutama solar, kita juga menyelamatkan petani dari rendahnya harga tandan buah segar sawit di tingkat penimbang di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun