"Memang kita menjelaskan apa pun salah. Ini era post truth. Kasihan masyarakat terteror ketakutan," Jelas Mariya dalam penjelasan langsung kepada saya. "New Normal itu mungkin banyak orang yang merasa "mundur selangkah", tetapi untuk "maju dua, tiga, sepuluh langkah". Kita dapat mengendalikan resiko-resiko yang ada karena ilmu pengetahuan terbaru sudah lebih jelas, kita lihat bahwa angka kematian sudah menurun, pasien-pasien yang kritis teratasi dengan baik. Semua yang kita hadapi ini bukan tanpa resiko. Hanya saja resiko itu dimanage sekecil mungkin."
"Tentu nantinya setelah new normal, akan banyak layanan dan program yang diluncurkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, terutama melalui aplikasi teknologi informasi. Salah satunya Telesehat Desa."
"Berdasarkan riset terbaru, dengan digital health care kita dapat merubah beban menjadi asset, 10 persen digital communication yang dibuat akan menaikkan 3 persen GDP".
Melalui keterangan tertulisnya keesokan hari, Mariya Mubarika memberikan beberapa insight kondisi wabah COVID-19 di Jogja saat ini. "Jogja itu sudah beberapa hari ini angka confirmed test nya nol dan kematiannya nol. Jogja membaik walaupun tidak menerapkan PSBB."
Jika dilihat dari grafik kasus perawatan pasien positif COVID19 memang menurun drastis. Selain itu yang sudah dirawat juga terlihat meningkat. Sehingga terlihat memang kondisinya jika dibanding saat kasusnya memuncak beberapa minggu lalu saat warganet meributkan. Ini bisa dibuktikan dengan data. Dari ribuan kasus yang ada, rate kematian juga terbilang rendah.
Itulah kenapa kemudian ia menyimpulkan bahwa kita perlu berkaca kepada penanganan COVID 19 di Jogja. Betul memang Jogja belum menerapkan "new normal". Namun apa yang diterapkan saat ini di Jogja mirip dengan new normal yang sedang direncanakan, dan kita bisa berkaca kepadanya.
"COVID19 ini new emerging diseases, semua negara mencari cara terbaik untuk mengatasi masalah yang berat ini. Banyak yang harus kita masih harus kita pelajari, learning by doing. Kita tidak bisa memukul rata, sah saja setiap negara membuat kebijakan masing-masing sambil terus mengevaluasi mana langkah yang terbaik, dan meninggalkan kebijakan yang terbukti tidak besar pengaruhnya," tutupnya