Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menolong Petani dengan Membeli

19 September 2018   00:03 Diperbarui: 19 September 2018   07:31 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto pribadi
Foto pribadi

Tapi di antara berbagai petani yang saya temui, Bu Asmin yang paling menarik komentarnya. Ia mengaku petani yang bekerja sambilan sebagai penjual kopi dan makanan ringan di sekitar Air Terjun Bedegung, sekitaran Tanjung Enim, setelah negeri penghasil kopi, Empat Lawang. Jika masuk musim merawat dan memanen, ia kembali ke kebun.

"Betul pak, sawit dan karet turun. Tapi saya tetap senang dengan pemerintahan sekarang." Saya bingung. Lah kok beda sekali ini petani.. ternyata alasannya sederhana. "Soalnya kopi tetap naik pak. Minimal stabil harganya." Jawabnya mantap, sambil mengacungkan jempol.

Bu Asmin sadar presiden kita getol mempromosikan kopi ke mancanegara, menjadikannya bagian dari diplomasi antar negara. Karena itu dia cukup bersyukur, walau tetap berharap pemerintah mau berbuat sesuatu untuk memperbaiki harga sawit dan karet.

jokowiFAQ.org
jokowiFAQ.org
"Sudah bu", jelas saya. "Nanti di Kuala Tanjung dan Sei Pakning, akan dibangun industri pengolahan sawit yang lengkap. Nanti sawit dan karet ibu diantarkan ke Sumatera Utara lewat tol Sumatera. Jadi berapapun sawit dihasilkan, dan CPO diproses, akan kita olah sendiri jadi sabun, deterjen, dan produk kimia lain. Baru kita ekspor. Insya Allah kalau lancar, harga akan naik lagi."

Matanya berbinar. Sawit dan karetnya tak perlu disingkirkan. Tapi jelas kopi lebih penting sebagai secercah harapan, karena berfungsinya industri pengolahan CPO dan ekspor ke negara lain lewat Pelabuhan Kuala Tanjung masih butuh waktu untuk berjalan. Tol Sumatera juga baru komplit nanti sekitar tahun 2023.

Foto pribadi
Foto pribadi
Cerita lain di Santong, Lombok Utara. Ceritanya di internet banyak sekali yang menyebar kepanikan lewat ramalan-ramalan gempa. Hasilnya penduduk sana tidak bisa hidup tenang. Berkali-kali dibujuk kembali dari pengungsian, mereka tetap lebih memilih tidur di tenda. Sementara hidup harus terus berjalan. Maka siang mereka ada di kebun dan pasar, sore cek rumah, baru malam kembali ke tenda. Pariwisata amburadul. Melaut takut tsunami. Maka pertanianlah yang masih bisa jadi andalan. Masih ada yang coba-coba ke kebun.

Parahnya, di balik kepanikan ini, banyak tangan tak bertanggung jawab menambah kesusahan mereka. Tengkulak (lagi-lagi) menekan pengungsi yang panik. Terdesak kebutuhan hidup sementara penghasilan lain tak ada, maka mereka memaksa mengambil kopi petani dengan harga ditekan serendah-rendahnya.

Kasihan petani ini, saya pikir.

Maka saya minta mereka mencarikan dan mengumpulkan kopi. Lalu saya beli dengan harga normal, jauh di atas tengkulak. Mereka senang bukan main, "Bapak masih mau kopinya lagi ga pak?" sekaligus keheranan ngapain orang Jakarta jauh-jauh datang ke tenda mereka hanya untuk beli green bean . Saya bilang uang saya sudah habis, hanya cukup beli segitu.

Pulang dari sana, saya bingung sebanyak itu kopi Lombok mau diapakan. Dari segi kualitas jelas tidak terlalu bagus. Kopinya dikumpulkan dalam keadaan terburu-buru. Sehingga biji yang masih muda pun dicerabut dari pohonnya. Ini terlihat saat diroasting, biji kopinya berwarna-warni, tidak seragam coklat. Kopi seperti ini kalau dipaksakan digrinding, jelas hasilnya tidak akan enak. Tidak akan ada penikmat kopi yang suka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun