Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ingin Bantu Lombok? Berwisatalah di Tengah Bencana

31 Agustus 2018   11:43 Diperbarui: 31 Agustus 2018   11:53 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selelesai nakanak kumpulkan sampah, giliran bukibuk dan pakbapaknya diajarkan manajemen sampah di pengungsian. Sulit untuk menemukan pemulung atau petugas kebersihan yang mau repot-repot bersihkan sampah. Terakhir saya lewat di salah satu pengungsian yang sudah ditinggal, terlihat gunungan sampah yang luar biasa.

Di mobil masih tersisa tempe, ragi fermipan, nasi hangat, keranjang cucian, dan kotak kardus di mana-mana. Perfect! Kita ajarkan mereka kotak takakura. Tentu ga bisa sempurna karena bahan terbatas. Tapi lumayanlah.

Silakan cari seperti apa cara membuat kotak takakura. Yang sulit dicari cuma sekam, jadi saya ganti dengan pasir saja. Lalu starternya pakai nasi hangat, tempe, gula pasir, fermipan, tepung, diaduk jadi satu. Jadilah adonan roti yang harum. Dalam sekejap ragi dan kapang terbentuk.

Agak sulit meyakinkan mereka membuat kotak takakura. Awalnya saya ditertawakan, karena dipikir mau bikin adonan roti atau donat. "Lah bikin roti kok dicampur nasi dan tempe!" begitu seruan mereka sambil ketawa-ketawa.

dokpri
dokpri
Ya, meyakinkan bukibuk dan pakbapak yang sudah tua agak susah. Buat mereka sampah itu mesti dibakar, yang berarti menghasilkan polusi dan membuat anak-anak bisa sakit ISPA. 

Saya coba tarik remaja perempuan yang pikirannya masih terbuka. Sambil mengajarkan mitigasi gempa, diajarkan cara membuat kotak takakura. Satu orang bernama Jannah, anak Bu Murni, kuliah di Teknik. Ia cukup mengerti dan bisa ikut meyakinkan teman-temannya yang lain.

dokpri
dokpri
Saat pembagian makanan, saya ditarik salah satu bukibuk dengan penuh rasa jumawa. "Kita mau kasih makan bapak bapak tentara!" katanya sambil tertawa-tawa. Iya, ada tentara dari Bali yang lahap menyantap gulai kambing dan sambal beberuk yang disajikan. "Enak! Baru sekarang saya makan masakan Lombok!" kataya singkat saat ditanya bagaimana rasanya. Lalu mereka juga dengan sumringah bertanya "Mana teman bapak yang lain?"

"Lah untuk apa Bu?" tanya saya.

dokpri
dokpri
"Ya disuruh lah makan di sini. Capek itu mereka kerja. Ayo diajak makan." Lah.. saya kan nyetir sendirian ke Lombok. Siapa ya yang mau diajak makan? E.. tapi saya baru ingat di posko RW 1 tempat saya parkir ada sekumpulan relawan Bulan Sabit Merah Indonesia dan Sekolah Relawan. "Nah unik ini," pikir saya. "Biasanya relawan yang kasih makan pengungsi, sekarang pengungsi yang kasih relawan makan malam. Yuk, diundang ke tenda Bu Murni!" saya mengajak mereka. Beberapa ada yang dengan riang datang ke tenda Bu Murni, ada yang minta dibungkuskan saja karena di posko kerjaan mereka banyak sekali.

dokpri
dokpri
Tapi yang jelas sekarang posisinya sudah berbeda, pengungsi itu sudah percaya diri karena bisa kasih makan warga sekitar.

"Di mana poskonya pak?" Tanya salah satu pakbapak sana terheran-heran karena saya membuat banyak sekali bantuan dalam satu waktu. Hanya sehari selama Idul Adha, dan sendirian, saya bisa mengorganize bukibuk dan nak anak menyediakan 300 porsi makanan, membersihkan sampah di pengungsian, dan megedukasi dengan mitigasi gempa. "Ya di mobil, Pak. itu posko saya," mereka terkekeh-kekeh, mungkin tak percaya, dengan jawaban saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun