Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ingin Bantu Lombok? Berwisatalah di Tengah Bencana

31 Agustus 2018   11:43 Diperbarui: 31 Agustus 2018   11:53 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lah tidak punya keahlian lain, akhirnya terpaksa bergantung ke rentenir yang bagikan bantuan instan dengan niat jahat menjerat mereka dalam pinjaman tak berujung, dengan bunga nyaris 50% seminggu. Seminggu!

Terakhir saya bereksperimen dengan bukibuk mantan penghuni Kalijodo di Rusun Pulogebang, mereka sanggup sediakan 1000 porsi #3lauk10ribu untuk 17 Ramadhan di Masjid Luar Batang. Bayangkan, mantan p*lacur memberi makan jamaah masjid paling keramat di Jakarta dan anak yatim di malam lailatul qadr. Saya kok yakin bukibuk itu akan diampuni kesalahannya oleh Tuhan dan masuk surga semua... Dan dapat upah hingga Rp 5 juta pula!

Maka saya coba eksperimen dulu di pengungsi di Islamic Center NTB. Mereka tidak terlalu ribet dengan penderitaan gempa karena tendanya ada di sebelah kompleks rumah. Saya coba ajak bicara bukibuk setempat. Saya perhatikan mereka sangat sibuk, sibuk menunggui warung daruratnyya yang sepi sambil melamun.

Saya tanya, "Siapa di sini yang jago masak?'. Satu orang Ibu yang terbiasa jualan nasi di sekolah, didaulat jadi kepala koki. Lalu tanpa diperintah, mereka otomatis sudah tahu dan bagi tugas, siapa mengerjakan apa. Satu orang komandan tukang bungkus, satu orang tukang potong-potong, satu merebus telur dan ngaduk-ngaduk. Percayalah dengan the power of bukibuk. Mereka selalu tahu apa yang harus dilakukan! 

Bantuan saya tidak sebesar relawan-relawan lain. Cuma Rp 1 juta, karena uang saya sudah habis dibelikan mainan untuk anak-anak pengungsi dan menyeberang (menyeberang dari Bali ke Lombok butuh Rp 910 ribu, sementara dari Banyuwangi ke Bali butuh Rp 150 ribuan).

Tapi saya ingin mereka berdaya, mendapat manfaat maksimal, dengan uang sesedikit itu. Cuma dengan Rp 1 juta, kita bisa tolong 100 orang untuk makan enak, tiga lauk. Dan yang masak diupah Rp 300 ribu. Cukup sehari dapat Rp 300 ribu. Jumlah yang luar biasa besar bagi bukibuk yang sudah 2 minggu melamun menunggui dagangan kopinya, nyaris tanpa ada pembeli.

Syarat utama kesuksesan #3lauk10ribu adalah penyumbangnya ga boleh tahu beres. Kita harus kontrol ketat harga beras, lauk, bumbu, dan sayurannya. Bukan apa-apa, dari beberapa kali pengalaman, bukibuk punya kelemahan, senang markup! Harga ayam cuma 32 ribu, misalnya, bisa jadi dibilang 40 ribu. Itu wajar saja, dan bukan dosa. 

Namanya juga orang lagi butuh duit, pasti butuh mencari keuntungan, minimal ga rugi, transportasi mereka harus diganti. Tapi praktik seperti ini mengacaukan perhitungan budget, dan akhirnya yang rugi mereka juga. Soalnya nanti upah mereka dihitung dari selisih uang Rp 10 ribu per porsi yang diberikan donatur dengan biaya memasak real mereka.

Maka yang harus belanja adalah saya. Bukan bukibuk. Beli sendiri ke pasar terdekat, saya pilih bukibuk yang sebenarnya juga pengungsi. Dapat harga telur Rp 24-25 ribu sekilo. Nah di sinilah tekniknya. Karena bukibuk itu sendiri pengungsi, maka saya bilang saya mau belanja untuk makanan pengungsi. 

Merasa senasib sepenanggungan, ia dengan spontan memberi harga diskonan. Rp 23-24 ribu sekilo! Dan tentu tidak begitu saja saya manfaatkan untuk berpelit ria. Setelah ditawar murah, sisa uangnya kita pakai lagi untuk jasanya yang lain. Minta carikan kertas bungkus makanan, carikan tukang angkut, minta informasi sana sini, dan lainnya. Kita bayarkan uang lebih untuk jerih payahnya itu. Bukan main senangnya si Ibu saat tahu saya melebihkan total uang belanjaan kepadanya!

Hal sama terjadi dengan penjual ikan tuna yang saya beli. Awalnya berikan harga Rp 55-60 ribu per kilogram. Tapi saat tahu saya ingin memberikan makan ke pengungsi, lalu dilebihkan daging lain-lainnya, sehingga ujungnya dapat murah. Lalu dia bersedia luangkan waktunya beberapa menit untuk diwawancara. Saya bayarkan lebihan untuk sedikit keringatnya itu. Kita bisa mendapatkan berbagai manfaat yang saling dipertukarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun