Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Takengon, Setelah Menemukan Kopi Gayo, Aku Bertemu dengan-Mu Tuhan

15 Agustus 2018   07:20 Diperbarui: 15 Agustus 2018   14:35 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa tujuannya itu jalan-jalan" tanya Pak Hamdani.

"Ya iseng saja Pak, cari petualangan," sahut saya sekenanya. "Wah sama juga seperti saya itu. Senang juga jalan-jalan bawa anak cucu jalan-jalan," tukas Pak Hamdani. "Tapi saya sih senangnya coba-coba beberapa jalur tidak biasa, Pak," saya memotong.

Pak Hamdani melihat saya sejenak. Tampak bingung dan heran. "Ajaib nih orang," Mungkin begitu pikirnya. Dan entah kenapa, tiba-tiba matanya berbinar dan tersenyum bijak, "Kalau ingin mencoba bertualang, cobalah jalur tengah ke Kutacane," Sarannya.

"Di mana itu, Pak?" Saya kebingungan.

"Susuri Danau Lot Tawar ini, memutar sampai ke selatan. Lalu ikut saja sampai nanti di Kutacane, masuk ke wilayah perkebunan sekitar Karo, keluar-keluar di Sidikalang." Kata Pak Hamdani. Karena tertarik mengumpulkan berbagai jenis kopi, maka tak ragu saya sambut petunjuknya.

Memang petualangan yang saya cari.

Namun ternyata petualangan yang dimaksud Pak Hamdani bukan petualangan yang biasa saya dapat di Pulau Jawa. Pak Hamdani tidak mengatakan sama sekali kondisi di Jalur Tengah Aceh. Memang jalannya bukan kerikil lagi, tapi sudah diaspal mulus sejak zaman Jokowi. 

Ada sedikit longsor di kanan kiri, sehingga bila tidak konsentrasi atau mengantuk, kita bisa masuk jurang seketika. Di sanalah saya mulai berserah diri, untuk kali pertama menyetir hanya mengikuti jalan tanpa analisa apapun. 

Soalnya biasanya kalau nyetir pikiran saya melayang-layang menganalisa ini dan itu. Kali ini beda, saya menyerahkan diri kepada Allah sang maha pencipta.

 Belok kanan ya ikuti kanan, belok kiri ikuti kiri, lurus ya lurus. Tanpa banyak berpikir. Toh ga ada gunanya berpikir melewati jalanan sejauh dan sesunyi itu. Sama sekali tidak ada rumah, masid, atau toilet umum. Hanya keheningan, dan sesekali hewan liar menyeberang.

Ngomong-ngomong jarak, hingga mulai keberangkatan, saya masih mengira akan banyak rumah penduduk, warung makan, dan SPBU di jalanan menuju Kutacane. Maka setelah sebentar mencari Bandara Rembele dan foto-foto, saya berputar ke selatan, dalam keadaan bensin sudah habis dua strip, saya pikir tenang saja paling tidak nanti akan ada Pertamini atau warung penjual bensin botolan seperti biasa saya temui di Sabang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun