Mohon tunggu...
HARFANI
HARFANI Mohon Tunggu... Freelancer - Bersahaja dari hati

Tumbuh untuk berjuang!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menolak Pembangunan Geothermal di Gunung Talang Solok dengan Sepenuh Perjuangan

11 Desember 2019   13:29 Diperbarui: 11 Desember 2019   13:29 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh : 

Harfani/penggiat HAM kota Bukittinggi

 

Tanah adat salingka nagari Gunuang Talang Solok, harga diri masyarakat salingka Gunung Talang!

"Soal agraria (soal tanah) adalah soal hidup dan penghidupan manusia, karena tanah adalah asal dan sumber  makanan bagi manusia. Perebutan tanah berarti perebutan makanan, perebutan tiang hidup manusia. Untuk ini,  orang rela menumpahkan darah, mengorbankan segala yang ada demi mempertahankan hidup selanjutnya! "( Mochammad Tauhid : 1952) 

Peristiwa konflik panjang yang terjadi pada tanah salingka Gunung Talang Solok, kabupaten Solok dengan dalih keinginan pemerintah membangun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB) yang terjadi sejak 03 juli 2017 menyisakan api dalam sekam bagi masyarakat salingka Gunung Talang Solok, semua hal terjadi di sini dari korban pikiran, korban materi, korban waktu hingga mengorbankan masa depan. Betapa tidak menolak geothermal bagi mereka adalah persoalan menjaga kampung halaman mereka, merawat tanah pusako mereka  dan mempertahankan nafas kehidupan mereka untuk kehidupan panjang yang berkelanjutan. Walaupun pada konsep welfare statepembangunan PLTPB adalah men-sejahterakan rakyat dengan menjawab kebutuhan listrik tetapi bagi masyarakat salingka gunung talang tidak sama sekali.

Bagi masyarakat Minangkabau tanah ulayat adalah unsur pengikat bagi masyarakat untuk tinggal di suatu wilayah dan merupakan identitas masyarakat yang secara konstitusional dilindungi oleh UUD 1945. Oleh karena itu, sudah merupakan kewajiban setiap orang untuk menjaga tanah ulayat mereka agar tidak tergilas oleh perkembangan zaman. Hadirnya geothermal di Gunung Talang Solok adalah  usaha pemerintah untuk memarjinalkan Minangkabau dalam konteks tanah  adat nya dan adatnya  yang tidak memikirkan sama sekali keberlangsungan panjang masa depan tanah ulayat untuk generasi Minangkabau nantinya, pada akhirnya menimbulkan sengketa panjang tanpa selesai antara  masyarakat adat, pemerintah dan investor yang akan berakibat bahaya bagi masa depan tanah adat Minangkabau yang berada pada salingka Gunung Talang.

Pada PERDA No.16 tahun 2008 pemerintah provinsi Sumatera Barat menerbitkan tentang tanah ulayat dan pemanfaatannya, pada PERDA tersebut sangat jelas pengakuan pemerintah  atas hukum adat sebagai suatu kesatuan masyarakat adat di provinsi Sumatera Barat. Pada tragedi di gunung Talang Solok secara terang-terangan  pemerintah Sumatera Barat sudah  melanggar aturan yang di buatnya sendiri dan ini mesti di tuntaskan oleh pemerintah Sumatera Barat itu sendiri.

Kehadiran geothermal di tanah ulayat gunung Talang Solok sudah pasti menghancurkan tatanan adat, tatanan masyarakat dan siklus ekonomi masyarakat Gunung Talang Solok yang menjadikan tanah gunung talang sumber kehidupan dengan bertani. Kita bisa lihat kondisi terkini Gunung Talang Solok dari kondisi masyarakat yang sudah terkotak-kotakkan, struktural adat yang hilang kewibawaan, tidak ada penghormatan seorang kemenakan kepada Mamaknya hingga masyarakat akan menunggu hilangnya kesuburan tanah yang di akibatkan kehadiran geothermal tersebut.  Akhirnya apa yang di katakan oleh Mochammad Tauhid : "Perebutan tanah berarti perebutan makanan, perebutan tiang hidup manusia. Untuk ini,  orang rela menumpahkan darah, mengorbankan segala yang ada demi mempertahankan hidup selanjutnya! Yang sedemikian sudah benar-benar terjadi di gunung talang solok.

Menegakkan HAM di tanah adat salingka Gunung Talang

Pada sila ke-4 pancasila berbunyi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia", ada nilai luhur bangsa yang tersirat pada sila ke-4 yang harus terpenuhi pada seluruh rakyat Indonesia, mewujudkan keadilan begitu terasa pada semua aspek kehidupan rakyat Indonesia termasuk keadilan pemerintah kepada rakyat dalam memiliki tanah sebagai sumber kehidupan. Hubungan HAM dengan tanah adalah hubungan memiliki, manusia tidak akan bisa hidup tanpa tanah yang menjadi hak mereka untuk keberlangsungan hidup hakiki hingga untuk memperoleh keadilan atas tanah tidak bisa di hindari banyak terjadi konflik dan sengketa atas tanah yang akhir menciderai HAM dan hukum Negara kita

Ketika manusia sepakat atas eksistensi keadilan, maka mau tidak mau keadilan harus mewarnai perilaku dan kehidupan manusia dalam hubungan dengan Tuhannya, dengan sesama individu, dengan masyarakat, dengan pemerintah, dengan alam dan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Keadilan harus terwujud di semua lini kehidupan, dan setiap tindakan manusia haruslah mengandung nilai-nilai keadilan, karena sejatinya perilaku yang tidak adil akan melahirkan ketidakseimbangan,  ketidakserasian yang berakibat kerusakan, baik pada diri manusia sendiri maupun alam semesta.

Tragedi kejahatan HAM yang terjadi di Gunung Talang Solok sangat menguras banyak perjuangan masyarakat gunung talang, betapa tidak dengan  di tahannya 3 orang dan 9 orang DPO (daftar pencarian orang ) sejak dari 20 november 2017 atas dugaan pengrusakkan dan pembakaran mobil.  Membuat semua masyarakat salingka gunung talang solok menjelma menjadi justiti abelen (pencari keadilan) yang meninginkan keadilan itu benar-benar sejati untuk semua kalangan dan untuk 12 orang pejuang rakyat gunung talang solok, ini menjadi pilihan untuk melawan kejahatan HAM dan berjuang menyingkirkan penjahat yang menganggangu keadilan di salingka gunung Talang Solok

Walaupun pembangunan Geothermal di Gunung Talang mampu menghasilkan listrik  35.000 MW hingga membuat masyarakat bisa sejahtera, ada yang lebih penting dari itu, tanpa adanya petani salingka gunung Talang Solok kita tidak bisa menikmati pangan. Dari hasil sayur dan beras yang bisa membuat ekonomi masyarakat stabil dan berkembang, Sumatera Barat sangat harus bersyukur memiliki petani salingka Gunung Talang Solok yang bisa menghasilkan sayur terbesar di pulau sumatera dan pemerintah  harus melindungi  petani Gunung Talang Solok dengan memikir ulang membangun geothermal di Gunung Talang Solok, pemerintah harus bisa membayangkan betapa sangat terpukul berat hati masyarakat Gunung Talang Solok jika tanah tempat sumber penghidupan mereka hilang.

Kehadiran geothermal tidak hanya menjadi mimpi buruk akan tetapi menjadi awal kehancuran gunung Talang Solok beserta dengan peradaban agraris, karena sentosanya masyarakat gunung talang solok berasal dari gunung talang solok tersebut. Dan sekali lagi Gunung Talang Solok adalah kunci kehidupan masyarakat salingka gunung talang solok.

Bersama-sama Memperjuangkan Gunung Talang Solok

Semua yang terjadi pada gunung Talang Solok menjadi sorotan banyak lapisan publik, termasuk mahasiswa dan aktivis se-Sumatera Barat. Aksi Kamisan Bukittinggi yang merupakan gerakan penegakkan hukum dan HAM ikut gandrung memperjuangkan rakyat salingka Gunung Talang Solok, sejak awal Kamisan Bukittinggi mulai hadir di kota Bukittinggi sudah berkali-kali melakukan perjuangan solidaritas untuk sanak saudara di Gunung Talang Solok. Dari campaign/kampanye ke masyarakat Bukittinggi, aksi diam, propoganda lewat media, menyebarkan press realese/brosur hingga turun langsung ke lokasi Gunung Talang Solok.

Walaupun jarak antara Gunung Talang dengan kota Bukittinggi jauh tidak membuat kawan-kawan Bukittinggi surut untuk memperjuangkan Gunung Talang Solok, bagi kita beda kota tidak menjadi penghalang karena atas nama Ranah Minang kita harus sama mengepalkan tangan untuk menolak segala bentuk kejahatan kemanusiaan dan penghancuran alam yang sekarang terjadi di Gunung Talang Solok.

Hanya dengan keyakinan bersama kita akan sampai pada langkah yang kita inginkan, kita punya prinsip kuat untuk melawan segala kejahatan yang melanda Gunung Talang Solok.

Orang-orang berani akan kita temukan di gunung Talang Solok, ibu-ibu tangguh akan kita temukan di punggung Gunung Talang Solok, suara lantang tanpa pengeras suara TOA akan kita dengar di pinggir ladang petani Gunung Talang Solok.

Sekarang masyarakat gunung talang solok telah menyingkirkan hal yang penting, mengorbankan waktu, energi, harta dan nyawa demi seonggok kehidupan yang bernama Gunung Talang.

Sekarang masyarakat gunung talang solok memiliki mimpi bersama yaitu " tolak pembangunan geothermal di gunung talang solok !"

Panjang umur solidaritas !

#savegunungtalang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun