Terima Kasih, Juni!

Terima kasih, Juni. Ada keinginan untuk berbuat baik. Dan kau memantikkan semangat lagi. Ingin rasanya menumbuhkan kebaikan dari hari ke hari. Agar buahnya bisa dirasakan oleh orang-orang di sekitarku. 

Bunga yang aku beli dari tukang bunga keliling yang naik sepeda itu kini tumbuhan subur. Kau memberiku semangat untuk menyiraminya setiap hari. Aku melakukannya demi tanggung jawab. Aku telah membeli, maka aku mesti merawatnya. Kini aku setiap pagi disuguhi keindahan bunga-bunga yang bermekaran.

Pada bulan Juni, aku beli kaos di market place. Ternyata ukuran tak sesuai. Tapi murah. Sebenarnya aku suka coraknya. Namun sayangnya tidak bisa dipakai karena kekecilan. Jadi untuk menghibur diri, aku alih fungsikan sebagai penutup printer agar tidak kena debu.

Terima kasih, Juni. Kau memberiku banyak cerita. Memang setiap hari dalam kehidupan manusia itu sebenarnya berisi cerita. Hanya saja ada yang peka ada yang sebaliknya. Seperti kala gerimis menyentuh bumi dengan bunyi rintikannya yang khas. Lalu turun hujan yang mengajak orang-orang di bumi untuk sejenak melabuhkan pikiran pada pengalaman masa lalu. Masa yang penuh cerita.

Bulan Juni juga tak bisa dilepaskan dari nyamuk. Dengungannya adalah pengusik tidurku. Gigitannya yang gatal menyakitkan adalah cara mereka memperkenalkan diri. Aku hanya bisa berdoa, semoga bulan depan jumlah mereka semakin berkurang.

Dari layar hp aku lihat gambar seekor monyet lucu. Ia punya mata penuh tanda tanya. Lalu, klik, sang fotografer berhasil mengabadikan ekspresi wajah monyet yang bengong. Terlihat natural. Lalu aku jadikan wallpaper hp. Sebagai pengingat bahwa wajah bengong itu juga terlihat lucu. Ini terjadi masih pada bulan yang sama. Terima kasih, Juni.

Suatu hari pada bulan Juni. Aku mengenal jalan baru. Maksudnya, jalan ini sudah lama ada tapi aku baru pertama kali melewatinya. Kemudian setiap hari melewatinya saat aku berangkat kerja. Karena banyak pepohonan rindang di kanan kiri jalan. Juga tidak disesaki oleh kendaraan. Setiap orang pasti akan memilih jalan ini jika mengetahuinya. Lalu jalan ini jadi ramai. Semoga saja tidak banyak orang yang melewatinya.

Terima kasih, Juni. Kau mengajariku tentang optimisme. Tak selamanya hidup itu berjalan datar. Turun naiknya perjalanan kehidupan membuahkan hikmah. Siapa saja boleh memetiknya. Kita bisa mengatakan bahagia jika sebelumnya pernah merasakan kesedihan atau kekecewaan, atau sebaliknya. Sesungguhnya tak ada yang abadi di dunia ini.  

Surabaya, Jumat 1 Juli 2022