Mohon tunggu...
Suharto
Suharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis blog http://ayo-menulislah.blogspot.co.id/, http://ayobikinpuisi.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melihat Masa Depan

16 Juni 2022   14:47 Diperbarui: 16 Juni 2022   14:50 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Melihat Masa Depan (pixabay.com)

Apa itu masa depan? Masa di luar batas kemampuan manusia. Ia ada untuk menumbuhkan semangat. Ia hadir tidak untuk orang-orang pesimis. Ia ibarat kembang gula manis yang dikulum kanak-kanak.

Di mana kita menemukan masa depan? Setiap orang, tanpa terkecuali, diberi masa depan. Maka rawatlah agar tumbuh besar memayungi semesta. Bersihkan dari noda supaya wangi mengharumi dunia.

Kenapa masa depan sulit dijangkau? Ada masanya kau akan menjangkaunya. Dan mendekapnya. Jika masa itu tiba, tiada yang dapat menandingi manisnya masa depan yang kau pupuk dengan baik.

Kapan masa depan bisa dinikmati? Saat kau merasa jerih payah tak lagi membebanimu. Kau hanya merasakan kebahagiaan saja. Senyum dan haru beraduk jadi satu jika kau menengok masa lalu. 

Bagaimana menyikapi masa depan? Pasrah pada kehendak Tuhan. Karena Dia yang berhak menentukan. Kau boleh memahat masa depan dengan kerja. Lalu perhalus pahatan itu dengan kesabaran dan doa.

Mata masa depan tampak berkilauan bagi para pejuang kehidupan. Meredup matanya bila menatap orang yang berkeluh-kesah. 

Telinga masa depan terbuka lebar untuk mendengarkan harapanmu. Ia menyediakan diri untuk menampung segala getaran cita-cita. Ia adalah muara keinginan.

Perasaan masa depan seperti orang jatuh cinta. Harap-harap cemas untuk bertemu. Berbunga-bunga jika dijanjikan akan diambilkan bintang di langit.

Bau masa depan amat terasa meski berjarak cukup jauh. Ia menyebarkan aroma uang dan kekuasaan. Kebahagiaan dan kemewahan.

Rasa masa depan memang tak mudah ditamsilkan. Pahit getir asin manis menjadi nisbi. Satu hidangan beragam menerjemahkan rasanya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun