Apa yang membuatmu duduk bersimpuh menekuri siang tanpa kata-kata? Mungkinkah malam membuatmu jatuh terkulai? Bukankah pagi kemarin kau bilang masih punya persediaan kata-kata untuk beberapa minggu ke depan?
Aku tak seberuntung dirimu. Kata-kata milikku hilang musnah. Salahku sendiri memang. Tidak menjaga sebagaimana mestinya. Padahal aku susah payah mendapatkannya. Aku siram setiap pagi dan sore. Aku beri pupuk seminggu sekali.
Kata-kataku tumbuh subur setiap kali menyimak orang berdebat. Ia semakin rindang jika aku ajak merenungi kehidupan. Ia tak mau berdiam diri. Ia seperti ombak yang tiada henti mengalun ke pantai.
Suatu saat kau pernah penasaran, kenapa kata-kata itu ada?Â
Semestinya matahari yang hangat ini semakin indah cahayanya jika ditemani kata-kata. Bagaimana aku bisa menguraikan keindahan itu jika kata-kataku musnah. Atau sekedar mengantungkan ungkapan tak berarti di ujung-ujung awan yang berserakan itu?Â
Kau pernah marah saat aku bilang kata-kata tak lagi bertenaga.Â
Tidakkah kau sadar, Sang Pemilik alam semesta ini tentu akan memilih doa dari manusia yang berisi kata-kata yang bertenaga daripada kata-kata kosong.
Surabaya, Minggu 11 Juli 2021