Mohon tunggu...
Suharto
Suharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Penulis blog http://ayo-menulislah.blogspot.co.id/, http://ayobikinpuisi.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita Sebuah Kota Tua

3 Juli 2021   13:50 Diperbarui: 3 Juli 2021   13:52 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana jalan di sebuah kota tua (Pixabay.com)

Kota itu dipenuhi tembok rumah-rumah tua yang berbalut lumut di sana-sini. Meski tanpa grafiti namun di situ generasi tua menautkan dirinya pada masa lalu. 

Jalan-jalan yang menua menyimpan kenangan berbagai maksud hati para pejalan. Hilir mudik menyusuri jalan kehidupan. Pada tembok pembatas jalan, ada sebaris kalimat berbunyi: "Ada lelah tapi jangan ada putus asa. Ada banyak jalan tapi hanya ada satu tujuan".

Temaram lampu tua di alun-alun kota mencoba menerangi jalan dan juga hati setiap pejalan kaki yang sedang gundah. Ia seperti ingin mengatakan, sinarilah dunia di sekitarmu meski hanya dengan setitik cahaya.

Di atas kota ada langit tua yang setia menaungi. Dan Tuhan Yang Maha Penyayang menghiasinya dengan awan untuk membagikan hujan jika melihat keresahan musim kemarau. 

Jika langit berubah gelap, bintang gemintang jadi saksi bisu kehidupan malam warga kota. Hei, kau yang termangu. Singkirkan keluh kesahmu. Pandangi kelap-kelipku, ada sejuta harapan di situ.

Di pojok kota ada kafe tua yang mengumpulkan beragam pikiran dan isi kantong pengunjungnya. Aroma kopi itu masih seperti dulu. Cuma harganya kian hari kian memudarkan selera.

Rindang pohon tua di depan kafe jadi alasan orang-orang berteduh di bawahnya. Juga bagi burung-burung yang melepas lelah sembari saling bertukar kabar dengan kicauan. 

Bangku tua di taman kota masih kokoh untuk diduduki. Entah berapa ribu pasang orang yang memadu kasih mengikat janji di situ. Mereka tentu tak ingin melupakannya begitu saja.

Di ujung kota ada dermaga tua yang setiap malam di musim dingin selalu mendekap puluhan perahu yang berlabuh. Jika musim berganti, bau amis ikan bercampur kegembiraan para nelayan tumpah ruah di dermaga itu.

Surabaya, Sabtu 3 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun