Aku penasaran pada kesedihan di dinding ruang hati. Bukan karena warnanya yang muram. Bukan juga karena nuansa yang terlihat terasa begitu layu. Namun karena kesedihan itu selalu menyulut kebisuan.
Sudah berkali-kali kunyatakan pada diri sendiri. "Jangan sentuh kesedihan itu. Nanti kau sama gilanya dengan kesedihan itu."
Duka masih menggelayut di wajah kesedihan, sudut wajahnya rusak. Mungkin ini akibat mengingkari janjiku padamu. Aku gagal mempertahankan janji itu. Citra yang sangat engkau cintai. Aku khilaf, membuat kita kehilangan janji itu.
Aku berharap kesedihan yang menaungi janji itu, menjatuhkan daun kebijaksanaan setiap harinya.
Saat engkau menyapu dedaunan itu, kenapa kau bagai sedang bersenandung? Apa kau menikmati hidup tenang di hamparan kesedihan ini?
Maafkan aku. Pedih melihatmu meringkuk di sudut kesedihan. Kesalahan telah menghancurkan. Namun rupanya ada setitik bulir bening yang mengalir di ujung mata kesedihan itu yang berusaha memperbaiki kesalahannya.
Surabaya, 14 Juli 2018