Mohon tunggu...
Hardy Zhu
Hardy Zhu Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah lidah kedua

Sedikit bicara. Banyak menulis | IG: @hardyzhu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi yang Tak Seberapa

14 Februari 2019   17:29 Diperbarui: 14 Februari 2019   17:47 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bolehkah aku masih berharap? Aku masih di sini. Menunggu sesuatu yang tak lagi mungkin. Aku tahu aku bodoh, tapi aku bisa gila jika harus menerima kenyataan secepat ini. Biarkan diriku begini saja untuk sementara waktu. Meratapi tangis dan nasib, bahwa bersamamu benar-benar hal yang tidak mungkin. Kenapa harus aku yang seperti ini? Bukannya ada banyak manusia di luar sana? ada banyak kemungkinan bisa didapatkan tiap orang, tapi kenapa harus aku? Aku tidak kuat menghadapi ini. Aku tak pantas menerima benturan ini.

Kemarin kita bersama. Aku sangat menikmatinya. Walaupun tidak tiap hari, yang jelas menyapamu lewat obrolan di sosial media adalah hal yang berhasil membuat dadaku hangat. Walaupun hubungan kita hanya sebatas sahabat itu sudah membuatku lega. 

Dekat denganmu adalah impianku sejak dulu. Sejak aku masih melihatmu dari kejauhan dan memberanikan diri untuk berkelan melalui sosial media. Aku bukan pemberani, ya. Bergerak lebih dulu namun melalui perantara dunia maya.

Bagaimana tidak, sinar di matamu terlalu kuat hingga membuatku tak mampu lagi untuk berkuat. Untung saja kamu merespon sesuai harapan. Kita mulai cocok obrolan satu sama lain, dan disitulah keberanianku yang pertama muncul untuk mengajakmu bertemu. 

Pertemuan pertama yang tidak bisa hilang dari ingatan. Aku ingat kau datang duluan dan menyambutku dengan senyuman yang kurindukan sampai sekarang. Oh tidak, maafkan aku terlalu menyimpan senyumanmu itu di dalam kepala. Ia tak mau keluar sekuat apapun aku memaksanya.

Pertemuan pertama yang menjadi awal ceritaku dan cerita kita. Cerita persahabatan yang berakhir manis meskipun sakit. Dari awal semuanya berjalan sempurna. Hanya aku, kamu, dan persahabatan kita. Hari tak akan ada jika kita berdua tak bertukar cerita. Rasanya ada yang hilang saat kau menghilang tanpa kabar. Beberapa momen semakin memperkuat persahabatan kita saat kau harus kehilangan Ayah yang telah sakit sejak pertama kita bertemu.

Aku ada di sana. Meraih dan membiarkanmu menangis di pelukanku. Rasanya sakit jika kau sedih seperti itu. Aku tak bisa melihat lagi kau seperti itu. Sebuah luka kuat yang berhasil mengguncang tubuhmu karena air mata. Beruntungnya, kamu tidak memutuskan untuk menarik diri dari dunia. Bahagianya, kau selalu menyebut namaku, ketika kau butuh setetes senyum yang masih sulit kau tarik seorang diri.

Aku mencintaimu. Kalimat yang pertama kali terucap di hatiku, bersamaan dengan cerita bahagia yang kau perdengarkan. Seseorang kau pilih. Bukan aku. Kau pilih untuk menemanimu di sisa hidupmu. Berita itu seperti tombak yang ditusukkan di jantungku, namun aku tak meregang nyawa. Masih hidup dengan derita. Kenapa harus aku yang merasakannya? Menyembunyikan air mata di depanmu sungguhlah sulit. Melihatmu bahagia dengan seseorang yang ternyata telah kau sukai namun sempat kau lupa karena tertelan bahagianya persahabatan kita sungguh tak bisa kuterima. Tapi aku bisa apa? Memaksakan hatimu untukku?

Dia datang lagi kedalam kehidupamu, dan membongkar hidup yang telah kutata bersamamu. Merusak segalanya. Merusak mimpiku yang kini sudah tak seberapa. Mimpiku bersamamu di sisa umurku yang tak begitu lama. Seperti yang dokterku katakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun