Mohon tunggu...
Hardono
Hardono Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Pensiunan PNS

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Membuang Makanan!

15 Februari 2015   00:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:10 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di Seattle, Amerika Serikat, Dewan Kota akan menerapkan peraturan daerah yaitu denda bagi rumah tangga atau perusahaan yang membuang sisa makanan. Besarnya denda adalah $ 1 (£ 0,61) untuk rumah tangga, sedangkan sejumlah apartemen dan usaha lainnya sebesar $ 50, jika terdapat 10% sisa makanan dari sampah mereka. Sementara itu, Organisasi Pangan dan Pertanian FAO memperkirakan manusia di dunia telah membuang sisa makanan sekitar 33% dari total produksi pangan dunia (makanan pokok, buah dan sayuran, dll.). Sedangkan di Amerika Serikat, sisa makanan yang terbuang sekitar 40%. Jika diterjemahkan dalam input dan output sistem pangan kita, jumlah sisa makanan yang terbuang tersebut setiap tahunnya menggunakan sumberdaya alam sangat besar yaitu menggunakan 25% air bersih, 31% lahan pertanian, 30% pupuk, dan menyebabkan emisi gas rumah kaca setara 33 juta mobil, serta 21% di tempat pembuangan sampah. Jika diuangkan, mencapai kehilangan anggaran negara sebesar US$ 165 juta per tahunnya. Sungguh fantastis dan sangat disayangkan!!!. Padahal, jumlah makanan yang terbuang tersebut dapat dimanfaatkan untuk memberi makan penduduk miskin dunia yang menderita kelaparan. Ketika pemerintah, para ahli pertanian dan petani memfokuskan upayanya untuk memproduksi pangan besar-besaran, pada saat yang sama kita dapat mengkonsumsi pangan secara bijak guna mengatasi kelaparan sebagian penduduk dunia.

Sementara itu, hasil studi USDA memperkirakan jumlah limbah makanan mencapai 133 milyar pond (sekitar 60 milyar kg), jumlah yang cukup untuk memberi pasokan 1249 kalori per kapita. Sedangkan limbah makanan di dunia diperkirakan dapat memberikan makan 3 milyar orang di dunia. Jika akses penduduk ke bahan makanan yang sehat meningkat, jumlah limbah makanan tersebut dapat memberi makan sekitar 805 juta orang yang kronis kekurangan gizi dan lebih 2 milyar orang kekurangan zat gizi mikro. Limbah makanan juga memberikan dampak besar terhadap kerusakan lingkungan. Limbah makanan di tempat pembuangan akan terurai secara anaerobik, yang menyebabkan muncul gas metan, gas rumah kaca (CO2) yang 20 kali lipat lebih berbahaya ke atmosfer. Meminimalkan limbah makanan dapat mengurangi dampak perubahan iklim. Umumnya makanan terbuang di Amerika Serikat terjadi mulai dari lahan pertanian sampai tempat pembuangan sampah, Dari lahan pertanian sampai ke tempat pembuangan sampah, makanan terbuang di wilayah Amerika Serikat umumnya di Ritel dan rumah tangga sebagai akhir dari rantai pasokan. Tanpa memperhitungkan limbah makanan di lahan pertanian (karena sangat bervariasi dan tidak termasuk dalam penelitian), pasar ritel dan rumah tangga menghasilkan 60% limbah makanan dari jumlah total.

Mekanisme yang menyebabkan munculnya limbah makanan yang sangat besar dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu 1) Keseragaman, 2) tanggal kadaluarsa, dan 3) Keinginan untuk berlimpah.

Keseragaman. Kondisi tumbuh kembang tanaman sering menyebabkan hasil atau produk yang dihasilkan sering tidak sesuai dengan harapan. Toko-toko makanan atau sayuran dan buah di Amerika Serikat membuang sekitar 10% limbah makanan karena kondisinya dianggap kurang baik atau kurang memenuhi standart konsumen. Sebelum sampai ke supermarket, petani buah atau sayuran mungkin sudah menyortirnya produknya karena cacat, busuk, atau sebab lainnya. Kasus lainnya, karena jatuhnya harga produk, sering petani tidak mau memanennya karena tidak sesuai dengan biaya panen, akibatnya buah atau sayur banyak yang membusuk di lahan pertanian. Solusinya mudah, jika dapat mendonasikan makanan yang cacat tadi atau yang tidak dipanen, tetapi tidak sesederhana itu. Berdasarkan laporan Aliansi Pengurangan Limbah Makanan di AS, menemukan adanya kendala logistik yang menghambat rencana donasi makanan sebelum menjadi limbah, yaitu 67% pengecer dan grosir karena pertimbangan kewajiban dan 50% perusahaan besar karena peraturan.

Tanggal Kadaluarsa. Telah tertanam pada diri kita yaitu takut mengkonsumsi makanan yang kadaluarsa. Kemajuan IPTEK telah memecahkan masalah ini dengan cara prosesing dan pengawet, bahkan juga tanggal kadaluarsa. Menurut peneliti Emily Luas Leib, sekitar 1/3 makanan yang dibuang di rumah tangga karena salah membaca atau memahami tanggal kadaluarsa. Laporan peneliti tersebut menunjukkan banyak orang yang bingung apa yang dimaksud tanggal kadaluarsa, apakah berarti dari negara bagian ke negara bagian atau dari kemasan ke kemasan. Beberapa label makanan seperti “dijual oleh”, “terbaik oleh”, “digunakan oleh”, “dibekukan oleh”, dan lain sebagainya serta kurang seragamnya kebijakan pemberian label makanan, menambah limbah makanan. Dalam banyak kasus, kondisi makanan masih baik setelah tanggal kadaluarsa. Sebaliknya kasus lainnya, tergantung bagaimana makanan dikirim, banyaknya waktu diluar cold storage menyebabkan makanan tidak aman untuk dikonsumsi walaupun sebelum tanggal kadaluarsa. Sehingga timbul pertanyaan, seberapa aman label makanan tersebut?. Tahun 2001, pengusaha membuang makanan senilai US $ 900 juta karena tanggal kadaluarsa.

Keinginan untuk berlimpah. Kategori terakhir dari munculnya limbah makanan adalah keinginan kita untuk berlimpah, artinya kita sering mengumpulkan makanan yang banyak atau berlimpah yang sebetulnya tidak sesuai dengan kemampuan kita mengkonsumsinya. Hal ini karena sifat manusia yang ingin aman dari adanya bencana yang mungkin akan segera datang. Kita melihat hal ini dalam rumah kita sendiri, toko-toko bahan makanan dan restoran. Sebagai konsumen, kita akan senang melihat pajangan banyak makanan di rak-rak makanan di supermarket. Restoran menyediakan porsi besar 1200 kalori makanan dan kita sebagai konsumen menuntut restoran dengan cara menyesuaikan‘nilai kalori’ dengan ukuran porsi. Keinginan manusia untuk cukup makan setiap saat, pasti akan mengumpulkan bahan makanan seluruh display makanan di supermarket, separo makanan di restoran terbuang di tempat sampah, sisa makanan dari kulkas di rumah tangga akan bergabung dengan siklus metan.

Bagaimana Kita Bersikap?

Dengan cara memahami ketidakefisiennya pada sistem pangan kita dan dengan cara mencari cara untuk mengatasi limbah makanan, kita dapat merubah perilaku kita dan meminimalkan limbah makanan. Sebagai konsumen pangan sebaiknya kita 1) Berfikirlah. Jadilah pembeli yang cerdas dan berfikir apa yang kita beli dan kapan akan kita makan. Membuang makanan merupakan tindakan dibawah sadar dan mulailah menyadari berapa banyak makanan yang kita buang. Bawalah sisa makanan anda sewaktu makan di restoran dengan wadah yang bisa dipakai ulang; 2) Makanlah.Jadilah pemakan yang lebih cerdas. Mata lebih besar dari pada perut kita?. Mintalah porsi yang kecil dan jadilah contoh yang tidak meninggalkan sisa makanan; dan 3) Selamatkan. Selamatkan pangan kita, selamatkan uang kita, dan selamatkan lingkungan kita. Donasikan ke bank limbah makanan dan jadilah konsumen yang cerdas. Sedangkan pada skala yang lebih global, kita perlu memulainya di rumah, wilayah kota dan negara, dengan cara: 1) Beli dan masaklah bahan makanan lokal yang diproduksi lokal dan tidak membutuhkan transportasi yang panjang dan lama, 2) Rencanakan bahan makanan anda dan hindarkan mengumpulkan makanan berlimpah di rumah, dan 3) Buatlah kompos dari limbah makanan rumah tangga anda.

Sumber:

http://www.huffingtonpost.com/damon-corywatson/wasted-opportunities-food_b_6452420.html


103

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun