Mohon tunggu...
Hardiriyanto
Hardiriyanto Mohon Tunggu... Guru - Hardiriyanto, staf pengajar di SMP MARSUDIRINI Bogor.

Terus berusaha dan mencoba.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Korelasi Aktivitas, Prinsip, dan Motif Ekonomi dengan Hobi

6 April 2021   06:30 Diperbarui: 6 April 2021   10:16 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi tanaman bonsai Pakde (dokpri)

Motif ekonomi bagi manusia sebagai mahluk sosial cenderung berkaitan dengan perubahan yang berarti dalam hidup maupun kehidupan. Segala sesuatu atau hal dalam berbagai aspek kehidupan sering memengaruhi keinginan dalam diri seseorang untuk dapat mewujudkannya. Di satu sisi, terkadang seseorang memiliki hasrat untuk segera memenuhi kebutuhan atau bahkan keinginan personal dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sebaliknya, terkadang seseorang memiliki hasrat untuk menunda pemenuhan kebutuhan atau bahkan keinginan tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama.

Bagi kebanyakan orang yang mampu memenuhi segala kebutuhan maupun keinginan dalam waktu yang relatif singkat, maka pada kesempatan mendatang akan terdapat kecenderungan ia akan selalu mengulang hal yang sama. Apalagi kalau upaya pemenuhannya sangatlah mudah, sangat sederhana, bahkan sangat menyenangkan hati. Tentunya bagaikan membalikkan telapak tangan. Sementara itu bagi kebanyakan orang yang belum mampu memenuhi segala kebutuhan maupun keinginan dalam waktu yang relatif singkat, maka pada kesempatan mendatang akan terdapat pula kecenderungan ia akan selalu mengulang hal yang sama. 

Lalu apa bedanya seseorang yang mampu dengan yang belum mampu memenuhi kebutuhan maupun keinginan personal? Jelas, waktu pemenuhannyalah yang berbeda meskipun motifnya sama. Kegiatannya bisa jadi relatif sama. Seandainya pun berbeda, bisa saja terjadi karena ia telah menemukan upaya unik lain agar mampu mewujudkannya. Tentunya, sekilas pengetahuan umum tersebut pernah kita pelajari ketika masih menjadi siswa atau siswi SMP pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Rupanya, hal tersebut sungguh terjadi pada diri seorang wirausahawan jamu tradisional di Kampung Cilangkap, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Setiap hari, ia melaksanakan aktivitas ekonomi dengan menjajakan jamu berkeliling di sekitar perumahan dekat tempat tinggalnya. Hampir setiap hari ia memiliki pelanggan. Rata-rata pelanggannya antara lain  ibu-ibu, bapak-bapak, kaum remaja, maupun anak-anak. Oleh karena kegigihan dalam menekuni usaha tersebut, jamu tradisiomal ramuan sang istri seringkali habis terjual sekitar pukul 10 setiap harinya ketika belum adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun saat mulai adanya pemberlakuan PSBB sebagai konsekuensi untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19, beliau terpaksa harus menambah waktu 2 jam setiap hari untuk berkeliling menjajakan dagangannya. Tentunya dengan menaati dan menjalankan protokol kesehatan sambil mencuci mata.

"Sambil jualan jamu, kadang-kadang mata saya jelalatan kalo lihat tanaman bagus di kanan-kiri jalan," katanya.

Selepas Shalat Ashar, kembali Bapak seorang anak itu kembali melanjutkan aktivitas dagangnya. Sedikit berbeda cara menjajakannya dengan yang dilakukan pada pagi hingga siang hari. Ia bersama dengan putra semata wayangnya melanjutkan kegiatan berjualan jamu pada sore hingga malam hari pada sebuah lapak kecil kurang lebih berukuran 3 x 3 meter di kampung sebelah. Sepeda motor dan pemiliknya tidaklah lagi berkeliling menghampiri pelanggan, melainkan pelangganlah yang menghampiri kios jamunya. Jika kita cermati, rupanya beliau telah melakukan dua aktivitas ekonomi yang sama dengan upaya  dan kurun waktu yang berbeda.

Terlepas dari aktivitas tersebut, beliau pun memiliki prinsip ekonomi. Segelas kecil jamu beras kencur dan kunyit asem dijualnya Rp. 3.000,00 kepada para konsumen. Selebihnya jamu-jamu dengan merk tertentu untuk pelanggan dijualnya secara bervariasi. Mulai Rp. 10.000,00 jika tanpa telur ayam kampung.  Rp. 15.000,00 jika memakai telur ayam kampung. 

"Dijual segitu aja udah ada untungnya kok," kata Pakde, panggilan akrabnya.

"Biasanya paling cepat jam empat atau setengah lima sore, Bapak udah jualan jamu lagi," kata sang asisten pramusaji, putranya.

Motif ekonomi pun ternyata menjadi faktor pemicu baginya untuk selalu gigih dalam menafkahi istri dan anaknya. Rupanya di sela-sela waktu senggang, beliau masih menyempatkan diri untuk menyalurkan hobi. Kolektor tanaman bonsai lebih tepatnya sebagai predikat bagi pria kelahiran 1971 itu. 

Di sekitar pekarangan depan rumah kontrakannya, banyak koleksi tanaman bonsai yang lain daripada yang lain. Banyak orang yang semula merasa aneh dengan hobinya tersebut. Bisa jadi karena hobi tersebut terbilang langka. Bonggol-bonggol tanaman dimanfaatkannya sebagai wujud kreasi kreatif yang seringkali membuatnya selalu tidak puas dan ingin menambah beragam koleksi yang baru.

"Sejak kecil sampe sekarang saya suka tanaman karena hobi saya 'mbolang' tanaman di sekitar hutan pinus di sebrang kampung tempat tinggal saya di Sukoharjo," tuturnya.

Hingga kini, hobi 'mbolang' tetap melekat pada diri pria paruh baya itu. Jika ada waktu senggang dan sudah tidak repot, ia masih menyempatkan diri untuk sekadar menyambangi daerah-daerah tertentu di kawasan Kabupaten Bogor demi menyalurkan kegemarannya. Seolah-olah 'mbolang' merupakan aktivitas belajarnya sepanjang hayat. Tercatat beberapa daerah seperti Cibinong, Citeureup, Jonggol, Kecamatan Rumpin, dan Kecamatan Kemang pernah dijelajahi bersama rekan-rekan, sesama pecinta bonsai, maupun rekan-rekan yang menyukai aktivitas berpetualang di alam terbuka.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Terkadang, ada orang yang tertarik untuk membeli tanaman koleksinya meskipun tidak selalu dilepas bahkan selalu ditolaknya. Entah karena penawaran yang kurang cocok, entah karena ia memiliki motif lain. Ternyata, hal ini justru membuatnya memiliki motif berprestasi dan bersilaturahmi yang lebih tinggi. Dengan hobi itulah beliau mempunyai banyak rekanan mulai dari para pecinta maupun para kolektor tanaman bonsai. Bahkan, ada beberapa kenalan yang sekadar suka 'ngobrol santai sambil ngopi' yang awalnya tidak tertarik pada jenis tanaman tersebut, akhirnya mereka tertarik.

Ia pernah mendapat rezeki secara tidak langsung dari hobinya tersebut. Kemahiran dalam membuat pot sebagai wadah atau tempat media tanaman sempat membuatnya mendapat pesanan dalam jumlah yang lumayan. Ia menyanggupi pesanan pot tersebut. Pernah pula terpikir dalam benaknya untuk memajang beberapa koleksi tanaman bonsai di depan kios jamu. Jelaslah sudah, motif ekonomi pada akhirnya muncul dalam benak Pakde.

"Setelah Lebaran baru akan dibuat rak buat pajangan beberapa tanaman bonsai di depan kios jamu," imbuhnya.

Bagi para kolektor tanaman bonsai sejati, kebanggaan bukanlah hal yang utama. Justru kepuasan hatilah yang mereka rasakan. Apalagi mereka sangat mudah untuk mendapatkannya. Terlebih jika mereka sudah memiliki kocek tebal pada saku atau dompet. pemenuhan keinginan lebih dominan daripada pemenuhan kebutuhan.

Bagi Pakde dan kawan-kawan, kebanggaan menjadi kolektor tanaman bonsai merupakan hal yang utama. Mereka lebih mengutamakan penyaluran hobi sebagai kebutuhan, bukan sebagai keinginan belaka. Jika belum menemukan target, berarti belum beruntung. Sebaliknya jika sudah memperoleh target, beararti sedang beruntung.

Seorang wirausahawan jamu tersebut dapat menjadi inspirasi sekaligus motivasi bagi kita. Semangat daya juang, kegigihan, kesabaran, kekreatifitasan, dan keinginan berpikir untuk maju telah melekat pada diri Pakde. Dengan demikian, terbukti dalam berbagai aspek kehidupan tidaklah mungkin manusia melepaskan diri dari kegiatan, prinsip, dan motif ekonomi. Wahai para generasi milenial, marilah kita merefleksikan diri dan mulailah untuk meneladani karakteristik positif tersebut pada diri kita dengan keunikan masing-masing!

Penulis menganonimkan beberapa hal berkaitan dengan diri dan aktivitas responden dengan tetap menjaga nuansa positif hobi atau kegemaran mengoleksi tanaman bonsai secara bertanggung jawab. Semoga sekelumit kisah tersebut dapat berkenan bagi responden pada khususnya serta para pembaca pada umumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun