Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Kita ke Pantai Gunung Namak

2 September 2022   09:40 Diperbarui: 19 Oktober 2023   10:57 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Pantai Gunung. (sumber: pixabay.com/Albrecht Fietz)

tak peduli kemarau atau lembab
kita akan ke pantai gunung namak
untuk memungut remis
yang berguguran di hamparan pasir putih

menguasai perairan yang lembut
adalah harapan kita
anginangin, ikanikan
akan takluk dalam
jangkauan tangan
 
merapat pohon kelapa
khusyuk merunduk
melepaskan buahnya satusatu

sedang di sana, di tumpukan batuan granit
terdengar
bisikbisik kepiting
yang hendak membagikan
jejakjejak namak dan munti
yang dulu dicuri nenek moyangnya
menyaksi asmara kudus
menyampai kekangan birahi
yang mekar
dijaga
hingga ijab:
di tangan saksi perkawinan
 
lalu saat malam
kita berebut memungut
bintang jatuh
lantas kita simpan di dalam lorong ingatan
untuk kita keluarkan
saatsaat keinginan terbit
 
sementara
di pokokpokok gunung namak
sejarah bisu:
hantuhantu serdadu belanda
dan jepang
berebut barisan
mungkin hendak membagikan
kepahitan
melekat di ujung kematian
 

Toboali, 12 April 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun