Mohon tunggu...
Haqiqi Abidah Kusuma
Haqiqi Abidah Kusuma Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Internasional Semen Indonesia

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perubahan Iklim dan Sampah

5 Desember 2020   02:06 Diperbarui: 5 Desember 2020   02:25 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Oleh : Haqiqi Abidah Kusuma_Universitas Internasional Semen Indonesia

Awal tahun 2020 Indonesia menyambut banjir di Jakarta,  yang kita ketahui paling sering menjadi langganan ketika musim hujan datang, namun banjir satu ini lebih berbahaya daripada banjir-banjir sebelumnya, tercatat data dari BNPB, peristiwa ini memakan 60 korban jiwa meninggal dunia dan lebih dari 187 ribu orang terpaksa mengungsi akibat banjir Jabodetabek. Banjir bukanlah hal baru di Jakarta, sebelumnya ada lima banjir besar dalam sejarah DKI Jakarta, pada tahun 2002, 2007, 2013, dan 2014. Dampak yang paling parah dari keempat tahun tersebut, saat tahun 2007 menjadi banjir terparah yang memakan korban meninggal dan jumlah pengungsi yang besar.

 

Dalam wawancara dengan Ahli Geospasial, Bintang Rahmat Wanada berpendapat bahwa curah hujan sekrang melebihi rekor curah hujan sebelumnya, karena fenomena tersebut, Bintang mengambil dua kemungkinan yang menjadi penyebab banjir di Jakarta. Pertama adalah akibat perubahan iklim, kedua, karena adanya perubahan iklim lokal. Terjadinya perubahan iklim berhubungan  dengan curah hujan dan banjir di Jakarta. Perubahan iklim sudah ada sejak pemanasan global muncul di dunia, pemanasan global terjadi akibat gas-gas yang dikeluarkan dari bumi, atau gas efek rumah kaca juga mengubah struktur atmosfir bumi. Panas matahari yang harus dikembalikan ke atmosfir menjadi terperangkap, kemudian membuat bumi menjadi panas, suhu panas memiliki dampak dengan kehidupan masyrakat, seperti gunung es mulai mencair, dan menimbulkan permukaan air laut naik. Hal ini berdampak dengan kehidupan masyrakat pesisir, lalu pemanasan global mengakibatkan pergantian musim yang berantakan membuat para petani gagal panen. Dan perubahan iklim juga membuat intesitas dan frekuensi hujan makin tinggi.

 

Masyarakat yang terkena dampak banjir Jakarta tentu tak akan memikirkan sejauh itu penyebab banjir yang datang ke rumah mereka, bagi mereka, bukan perubahan iklim yang menyebabkan banjir besar, melainkan kebiasaan membuang sampah sembarangan masih diterapkan oleh masyarakat sekitar. Kita tidak bisa langsung menyalahkan kebiasaan membuang sampah merupakan penyebab utama banjir Jakarta, bahkan membuang sampah sembarangan telah terjadi lama sebelum banjir. Selama kebiasaan itu menjadi budaya, pasti muncul pertanyaan kemana perginya sampah yang telah kita buang?

 

Indonesia: Penyumbang Sampah

 

Berdasarkan data dari DW.com, Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi sebagai salah satu negara dengan jumlah sampah plastik laut terbanyak, setiap tahunnya Indonesia membuang 3,2 juta ton sampah plastik ke laut. Sampah plastik memakan banyak korban, seperti ditemukan seekor penyu yang mati di Pantai Congot, Kulon Progo dengan kondisi perut penuh sampah. Dan, salah satu kasus yang heboh, yaitu matinya seekor paus sepanjang 9,6 meter. Paus ini ditemukan mati terdampar di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Ketika dibedah, ditemukan sekitar 5,9 kg sampah plastik dalam tubuh paus tersebut.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun