Mohon tunggu...
Riana Kanthi Hapsari
Riana Kanthi Hapsari Mohon Tunggu... Administrasi - Food Tech Alumni :)

Food Tech Alumni :) https://hapsaririana.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah Konsumsi Daging Merah Olahan dapat Meningkatkan Resiko Kanker Usus? (Menanggapi Laporan Kesehatan World Health Organization/WHO Bulan Oktober 2015)

28 November 2015   14:42 Diperbarui: 28 November 2015   14:43 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

 

Baru-baru ini tepatnya tanggal 29 Oktober 2015 badan kesehatan dunia yakni WHO atau World Health Organization merilis laporan/statement yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara konsumsi daging merah olahan (daging yang diproses melalui fermentasi, pemanggangan, pengalengan, dsb.) dengan peningkatan resiko kanker usus (colorectal cancer). Lengkapnya dapat dilihat pada link berikut:

http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2015/processed-meat-cancer/en/

Di sana juga dijelaskan bahwa pada tahun 2002 dalam laporan “Diet, nutrition and the prevention of chronic diseases”, WHO menganjurkan agar masyarakat mengurangi konsumsi daging merah olahan. Perlu ditekankan disini bahwa kita tidak diminta untuk sama sekali berhenti mengonsumsi daging karena daging, seperti yang kita ketahui, juga memberi asupan gizi. Misalnya ada beberapa asam lemak esensial seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam arakidonat yang dimiliki produk daging. Asam lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat diproduksi tubuh sehingga kita mesti mendapatkannya dari konsumsi makanan. Lebih lanjut, perusahaan atau pabrik pengolahan makanan yang memproses/mengolah daging menjadi sosis, nugget, kornet dsb. memiliki tujuan mulia yakni memperpanjang umur simpan. Sebab, terus terang daging segar adalah salah satu bahan makanan paling mudah rusak karena kontaminasi bakteri dan juga kemampuan asam lemak pada daging untuk mengikat oksigen sehingga mengakibatkan mudah tengik.

Tentunya kita tidak ingin makan daging busuk kan? Kita juga tidak ingin menyembelih hewan untuk dikonsumsi namun dibiarkan membusuk dan terbuang. Sebagai perbandingan, umur simpan daging segar pada suhu 21,11 derajat celsius hanya 1-2 hari, sementara daging yang yang dikeringkan, diasinkan, atau diasap umur simpannya bisa mencapai 360 hari (Muchtadi 2010).

Penekanan lainnya yakni bahwa laporan ini hanya menjelaskan ada hubungan antara konsumsi daging olahan dalam jumlah besar dengan peningkatan resiko kanker.

Jika kita mengonsumsi dalam jumlah besar, resiko terkena kanker usus meningkat. Bila kita mengurangi konsumsi daging olahan, maka resiko kanker usus menurun. Jadi, tidak benar jika kita sekali dua kali mengonsumsi sosis, kornet, dll sudah pasti kita terkena kanker. Dan tidak benar jika ada statement yang menyebutkan “Jangan makan sosis X nanti kena kanker” atau “Makan kornet kan bisa kena kanker”. Tetapi kembali lagi, jika ingin sehat memang jenis makanan ini mesti dikurangi konsumsinya.

Lebih lanjut mengenai laporan WHO dapat dilihat pada link ini:

http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/10/151026_majalah_daging_kanker

Apakah sebenarnya daging olahan itu? Mengapa dapat dihubungkan dengan peningkatan resiko kanker?

Daging olahan adalah daging segar yang lebih lanjut mengalami proses pengolahan dengan tujuan untuk memperpanjang umur simpan sehingga dapat didistribusikan ke tempat-tempat yang lebih jauh. Selain itu proses pengolahan dapat meningkatkan citarasa atau sensori, serta tekstur dari daging sehingga terasa lebih enak. Pengolahannya dapat bermacam-macam seperti dipanggang, digoreng, dikalengkan (kornet), fermentasi (sosis, frankfurter), diasinkan (penggaraman) dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun