Mohon tunggu...
Happy Mommy
Happy Mommy Mohon Tunggu... Hobiis

Happy Mommy

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Balik Kaca Jendela Kereta Api

14 Mei 2025   20:31 Diperbarui: 14 Mei 2025   21:18 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Kiara Condong (Dokumentasi pribadi)

Dari balik kaca jendela kereta api Pasundan aku memandang peron Stasiun Kiara Condong yang perlahan berlalu. Pandangan lantas berganti kepada ketiga bocah di dekatku bergantian. Ada yang tertinggal di kota ini. Suami, ia tak turut membersamai perjalanan sekitar sembilan jam ke depan kami. Ia belum libur Lebaran sehingga kami mudik lebih dulu.

Cerita ini pernah aku tulis sebelumnya dengan judul "Mudik Bareng Anak Tanpa Suami Tetap Aman dan Nyaman dengan KAI" 

Di sisi lain, ada rasa bahagia karena aku bakal melepas rindu dengan kedua orangtuaku, dengan kakak, dan adikku pula. Ada pepatah mengatakan berbahagialah yang masih memiliki kedua orangtua. Namun, aku terpisah jarak dan waktu. Yang ada justru aku malah menjadi beban pikiran mereka, walau anak perempuan satu-satunya ini telah memberikan tiga cucu. Bagi mereka mungkin aku tetaplah anak kecil.

"Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya." (HR. Tirmidzi No. 1899, Ibnu Hibban No. 429, dan Al-Baihaqi)

Waktunya Mudik Lebaran

Mudik selalu membuatku bahagia. Bahagia berjumpa dengan sanak saudara. Bahagia karena bisa menebus kesalahan atas segala prasangka.

Benar kata orang saat jauh itulah kita baru bisa merasakan arti keluarga.

Dulu, aku ingin sekali segera ke luar rumah. Bak burung yang rindu terbang bebas dari kandang. Aku selalu menganggap diriku burung dalam sangkar. Kedua orangtuaku memiliki pola pengasuhan tradisional terlebih aku adalah anak perempuan. Hampir segala hal dilarang. Teman laki-laki ke rumah dipelototi, mau kost tidak boleh, waktu bermain sangat terbatas, dan sebagainya.

Namun, beruntungnya aku, mereka sangat memprioritaskan pendidikan. Pendidikan yang akhirnya menjadi celah aku untuk "terbang". Yup, selepas aku menjadi sarjana, aku diterima kerja di tanah orang. Mau tak mau mereka melepasku dengan segala wejangannya. Sendiri di tanah rantau sampai akhirnya menikah dengan lelaki yang membuatku tetap jauh dari kampung halaman.

Baru merantau hitungan hari, aku sudah menangis "bombay". Aku baru menyadari arti "rumah" yang sebenarnya. Rumah yang begitu ingin aku tinggalkan, nyatanya menjadi tempat yang paling kurindukan.

Sejak itu, setiap tahun aku mudik saat Lebaran. Saat masih sendiri aku mencoba berbagai moda dari darat hingga udara. Namun, semenjak berkeluarga aku hampir selalu menggunakan Kereta Api Indonesia (KAI) termasuk KAI sebagai angkutan Lebaran 2025 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun