Mohon tunggu...
Happy Ari Satyani
Happy Ari Satyani Mohon Tunggu... -

ilmu kesehatan masyarakat universitas Udayana| Suka nonton Film| sedang menyukai buku-buku. @mittasilani . myhappy2day.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Merayakan Pekan ASI, Bukan Menghakimi

3 Agustus 2016   15:42 Diperbarui: 7 Agustus 2019   12:57 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: health.kompas.com

Pekan ASI sedunia jatuh pada tanggal 1-7 Agustus ini, ini merupakan seruan dari UNICEF. Saya turut bangga melihat teman-teman satu jurusan merayakan tepat enam bulan mereka memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka. Ada yang merayakan dengan berbelanja kebutuhan MPAsi untuk hari-hari berikutnya, ada yang memberikan hadiah untuk diri sendiri atau bayinya dan yang jelas mereka akan selfie bersama bayi mereka. 

Sekitar 75% orang teman kuliah yang sudah memiliki bayi memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Mungkin karena kami para alumni kesehatan masyarakat jadi mereka ingin membuktikan manfaat ASI. Tapi jangan berpikir karena tingkat pengetahuan, memberi ASI gak cukup tahu tapi juga komitmen dan lingkungan keluarga atau tempat kerja.

Pemberian ASI eksklusif ini saya perhatikan sudah menjadi trend. Saya memang tidak memiliki data yang bisa diberikan, tapi saya melihat ini sudah menjadi gaya hidup ibu-ibu kelas menengah perkotaan. Selain mudah akses informasi, mereka juga dengan mudah mendapatkan kebutuhan-kebutuhan terkait ASI eksklusif mereka dari sistem belanja online. 

Apalagi kebanyakan kelas menengah ini juga orang-orang berdaya, mereka seringkali akan memilih untuk melahirkan di rumah sakit tertentu yang ada konselor ASI sehingga kecil kemungkinan terkena bujuk rayuan tenaga kesehatan yang sedang promosi susu fromula.

Saya melihat ada satu kebanggan pada mereka yang mampu memberikan ASI nya secara eksklusif enam bulan. Meskipun kadang mereka juga kerepotan apabila di tempat umum. Cuma di kota? Ya, karena di desa selain akses informasi kurang biasanya ibu-ibu yang tinggal bersama mertua atau orang tua mereka menjadi tantangan tersediri. Begitujuga tenaga kesehatan yang menolong seringkali adalah tenaga kesehatan tahun '70-80 an yang masih suka promosi susu formula.

Butuh Komitmen dan Dukungan

Kakak sepupu saya memutuskan akan mencoba memberikan ASI eksklusifnya enam bulan setelah mendengar alasan saya, bahwa pencernaan bayi dibawah enam bulan belum sempurna untuk mencerna makanan. Kakak saya ini tinggal di Pati, Jawa Tengah bersama mertuanya. Sementara, suaminya bertugas di Sulawesi Tengah. 

Tidak mudah baginya memberikan alasan kepada orang-orang di sekitarnya untuk tidak memberikan apapun selain ASI selama enam bulan. Di daerahnya ibu-ibu sudah memberikan makanan tambahan sejak bayi baru lahir. Hari pertama kelahiran bayinya dia sedikit ragu, masalahnya anaknya tidak pipis dan ASI nya juga belum mau keluar meskipun sudah dihisap beberapa kali oleh bayinya. Saya terus meyakinkan, tapi kebetulan dia juga cukup semangat dan mencoba memompa ASI manual dan diberikan kepada bayi biarpun sedikit demi sedikit.  

Semakin hari pertanyaan-pertanyaan tentang pemberian ASI semakin banyak, saya tetap mencoba membantu dengan mengakses informasi-informasi dari internet. Hingga suatu hari bayinya sudah berusia empat bulan lebih. Kakak saya khawatir mengenai perkembangan berat badan anaknya yang lebih rendah dari bayi temannya yang minum susu formula. Dia beberapa kali bertanya penting atau tidaknya memberi susu formula. Kebetulan desa kakakku ini cukup terpencil, pedagang sayuran memang jarang datang, kalaupun datang barangnya sudah habis. Hal yang wajar, kemungkinan karena asupan nutrisinya kurang sehingga yang diserap bayinya juga sedikit. Saat itu saya meyakinkan bahwa berat badan bayinya perkembangannya masih normal meskipun hanya naik sedikit-sedikit.

Beberapa minggu berikutnya dia baru saja menimbang anaknya di Posyandu, beratnya naik sedikit. Kemungkinan dia meminta pertimbangan bidan. Bidan desa nya mengatakan tidak masalah kalau dia hanya bisa memberikan ASI selama lima bulan atau lebih sedikit. Saya masih bisa meyakinkannya untuk lanjut. Hingga suatu hari, bayinya terus meminta disusui sepanjang hari itu, kakak saya memang tidak memiliki aktivitas lain di rumah. Tetapi mertua dan keluarganya menganggap si bayi ini kurang makan makanya dia minta menyusu terus. Mereka memaksa kakak saya memberikan bayinya makanan tambahan pada usia 5.5 bulan itu. Dengan nada menyesal dia berkata pada saya akan memberikan MPAsi keesokan harinya.

Memberikan Susu Formula

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun