Mohon tunggu...
Helmy Kusuma
Helmy Kusuma Mohon Tunggu... -

Cinta 3 Sisi, sebuah novel roman\r\nhttp://www.nulisbuku.com/books/view/cinta-3-sisi-kertas-novel\r\n\r\nwww.helmykusuma.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sebuah Analisa tentang Mekanisme Usaha : Percaya dan percaya dan percaya

1 Agustus 2010   04:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:24 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Memulai suatu usaha atau memulai untuk melangkah memerlukan gaya yang besar, dan setelah langkah awal tadi maka diperlukan gaya untuk mempertahankan pergerakan ini, karena apabila kita kembali berhenti maka diperlukan kembali gaya yang besar untuk memulai langkah. Hal ini merupakan penjabaran sederhana dari Hukum Fisika Newton, dan ini juga berlaku bagi kita.

Perbedaan terbesar kita dengan benda lainnya adalah asal dari gaya. Benda memerlukan suatu gaya luar yang menarik ataupun mendorong untuk membuatnya bergerak dari posisi diam, sementara kita mempunyai sesuatu yang lebih spesial, kita mempunyai gaya internal atau niat.

Hewan atau tumbuhan tidak mempunyai kesadaran seperti kita, walaupun mereka juga mempunyai gaya internal yaitu dorongan untuk hidup. Sementara kita, gaya internal tersebut mempunyai dimensi tambahan yang berbeda, yaitu passion atau gairah hidup.

Pergerakan yang disebabkan oleh gaya internal tanpa kesadaran, mempunyai interval yang stabil, interval yang stagnan, 1,2,3,4,5,6 dan seterusnya. Sementara gaya internal yang disertai kesadaran, passion untuk hal diluar dorongan hidup (suvival mode) mengikuti cetak biru interval alami dari ciptaan Sang Kuasa.

Kita ambil contoh paling nyata yaitu pertumbuhan rumah siput. Pertumbuhan rumah siput mengikuti deret fibonacci (1,1,2,3,5,8, dan seterusnya) dimana bilangan selanjutnya adalah penambahan dari duabilangan didepannya. Ini adalah konsep ekspansi.

Kita bisa lihat perbedaan antara dua deretan pertumbuhan tersebut terletak pada pergerakan sesudah langkah pertama dibuat. Kita ambil ilustrasi A dan B yang memulai suatu usaha dengan metode yang berbeda, A hanya mengikuti dorongan hidup semata, sementara B mengikuti passion-nya, mengikutsertakan kesadarannya sebagai makhluk yang berbeda daripada makhluk ataupun benda lainnya.

Pada langkah kedua yang diambil, A sudah mendapatkan suatu interval pertumbuhan, sementara B, pada langkah kedua tetap berada pada pertumbuhan awal. Disinilah terletak keraguan yang pertama, keraguan yang timbul karena tidak adanya hasil pertumbuhan yang bisa dirasakan atau dilihat. First Self-Doubt. Apakah kita telah mengambil langkah yang benar? Apakah gaya yang telah kita keluarkan cukup? Ini adalah saatnya berhenti berpolemik, bernapaslah yang dalam, dan percaya kepada keputusan yang sudah kita buat.

Kemudian kita mengambil langkah yang ketiga, A tetap mendapatkan suatu interval yang stabil, dan B mendapatkan hasil pertumbuhan yang pertama. Pada saat ini timbullah keraguan yang kedua,keraguan yang timbul karena perbandingan terhadap yang lain dan mengukur sesuatu berdasarkan kuantitas (lebih banyak,lebih cepat,lebih...). Second Self-Doubt. Apakah kita harus kembali ke cara yang lama (cara A)? Apakah kita telah berada di jalan yang benar? Sekali lagi berhentilah membandingkan diri kita dengan hal diluar kita, bernapaslah yang dalam dan percaya kepada diri kita sendiri dan keputusan yang telah kita buat.

Second Self-Doubt ini berlaku juga untuk langkah yang keempat dan kelima. Tiga kali terjadi jebakan ketidakpercayaan terhadap diri kita sendiri.

Nah, baru pada langkah keenam, setelah kita dapat melewati keraguan yang pertama dan keraguan yang kedua, pada saat kita telah memantapkan niat dan hati, percaya kepada diri kita sendiri, pertumbuhan yang kita dapatkan telah melampaui dua tingkat. Kita telah melihat kedalam, hati kita sebagai tolak ukur kita, dan terus berekpansi mengikuti passion kita, 13, 21,34,55,...

@easternlight.hanzpk.com

I AM Shaumbra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun