Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dunia Tanpa Islam?

13 November 2019   14:42 Diperbarui: 13 November 2019   14:55 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seandainya Islam tidak pernah ada di muka bumi, maka apakah yang akan terjadi? Dunia kini mengutuk Islam sebagai agama teroris. Agama yang tidak mempunyai kasih sayang dan kemanusiaan. Islam tersandera sebagai agama barbar yang tidak mengenal peradaban dan tatanan sosial yang rapi.

Sebagian umat Islam menjadi pengungsi di negara-negara Eropa yang pernah memerangi Islam. Walaupun banyak di antara mereka yang sekuler, namun penduduk Eropa mempunyai antipati terhadap Islam. Mereka hanya kasihan melihat nasib penduduk Suriah, Irak, dan Afghanistan yang kini menjadi pengungsi akibat perang di negara mereka.

Hal ini bertolak-belakang dengan sejarah Islam itu sendiri. Beratus abad Islam menjadi agama yang disegani dunia. Dari rahim Islam, muncul berbagai intelektual dan ilmuwan. Islam pernah menjadi mercusuar dunia. Lalu mengapa Islam tiba-tiba seperti ini? Peradaban Islam menjadi tempat bergurunya bermacam mahasiswa dari seluruh dunia. Islam pernah berjaya.

Namun kini umat Islam seperti kehilangan arah. Umat Islam didera dengan berbagai masalah. Umat Islam kini terseok-seok di panggung dunia. Sementara itu para pemimpin negara-negara Islam asyik berkoalisi dengan negara-negara Barat untuk melawan radikalisme di negara mereka.

Beragam faktor telah mengakibatkan umat Islam mengalami nestapa seperti ini. Pertama, melemahnya elan vital umat Islam itu sendiri. Elan vital Islam tersebut adalah ilmu pengetahuan yang dinamis. Kedua, para ulama Islam lebih sering bicara tentang kematian dan hari akhir daripada memperoleh kemuliaan di dunia dan hari akhir. Ketiga, banyak negara Islam dipimpin oleh pemimpin yang otoriter dan totaliter. Mereka tidak mengizinkan aspirasi politik umat diwujudkan dalam sistem yang demokratis.

Demokrasi dan Islam menjadi satu pertanyaan. Apakah Islam kompatibel dengan demokrasi? Eksperimen demokrasi di negara-negara Islam menimbulkan polarisasi di antara umat. Konflik politik terus terjadi. Situasi negara sering mengalami ketegangan.

Eksperimen demokrasi dan Islam di Indonesia menunjukkan Islam kompatibel dengan demokrasi. Namun dalam pelaksanaannya banyak menimbulkan masalah. Situasi politik yang karut-marut sering dijumpai. Proses negosiasi dan kompromi serta bargaining position sering mengorbankan kepentingan rakyat. Politisi dan birokrat bertindak untuk kepentingannya sendiri.

Dunia tanpa Islam adalah sebuah dunia yang tidak lengkap. Bagaimanapun Islam pernah merajai dunia. Islam dilahirkan ke dunia ini untuk melakukan reformasi (al-Ishlah) bumi. Islam telah menanamkan nilai-nilai moral untuk membentuk masyarakat yang rabbani. Islam menolak dengan tegas pengrusakan bumi (fasad). Bahkan Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai kasih-sayang bagi seluruh alam.

Agama pada hakikatnya merupakan panduan hidup di dunia dan memberitahukan mengenai kehidupan di akhirat. Semua agama membawa misi eskatologis. Namun Islam sebagai agama mempunyai ciri khasn tersendiri. Islam menyuruh manusia menggunakan akalnya untuk membuktikan keberadaan Tuhan.

Kini peradaban Islam tengah mati suri. Umat Islam sibuk mengurusi hari akhir daripada hari esok. Seolah-olah dunia tidak penting lagi bagi mereka. Hal ini merupakan suatu kesalahan. Islam diperuntukkan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Islam seharusnya menjadi panduan dalam bermuamalah di dunia. Sedangkan akhirat adalah tujuan akhir setiap muslim.

Sesungguhnya tujuan setiap muslim adalah kebaikan di dunia dan di akhirat. Bukan hanya akhirat, tapi juga dunia. Selama ini kita mendikotomi kedua hal tersebut. Saat ini bisa dibilang kondisi umat Islam di era kini centang perenang, carut-marut dan kacau-balau dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun