Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

2020, Indonesia Krisis Minyak

26 September 2019   10:15 Diperbarui: 26 September 2019   10:23 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Selama ini kita selalu mengganggap Indonesia sebagai negeri yang kaya Sumber Daya Alam (SDA), Kita selalu bangga dengan kekayaan tersebut. Padahal hal itu sudah berubah. Indonesia memang pernah mengalami boom minyak pada dekade 1980-an. Namun hal itu sudah berakhir. Indonesia kini adalah net importir BBM.  Diperkirakan,  Indonesia pada tahun 2020  akan mengalami krisis minyak bumi.

Cadangan minyak bumi kita selalu dieksploitasi tanpa henti. Namun produksi minyak kita sangat kecil bila dibandingkan dengan Arab Saudi atau Venezuela. Hanya 840.000  barel per hari (bph ).

Padahal pada masa keemasannya dekade 1973-1980-an, Indonesia pernah memproduksi 1,7 juta bph.  Hal ini menjadikan Indonesia surplus minyak. Akibat krisis Teluk, Indonesia mendapat untung yang besar.

Kini kondisi perminyakan Indonesia jauh panggang dari api. Akibat pengurasan yang jor-joran, minyak bumi Indonesia diperkirakan hampir habis. Hanya dapat bertahan untuk beberapa tahun saja. Kita juga kalah dengan Uni Emirat Arab, Qatar, dan Oman. 

Negara-negara Teluk ini merupakan penghasil minyak terbesar di dunia. Mereka mengalami kemakmuran luar biasa karena berkah minyak melimpah.

Selama ini pemerintah Indonesia mensubsidi BBM di dalam negeri dengan minyak impor. Namun hal ini tidak dipertahankan lagi. Pemerintah Indonesia mau tidak mau harus mengurangi bahkan mungkin menghapus subsidi kepada rakyat Indonesia. Harga minyak akan disesuaikan dengan harga pasar dunia.

 Hal ini tentu akan menimbulkan gejolak di masyarakat. Namun pil pahit ini harus segera ditelan. Karena tidak mungkin pemerintah mensubsidi minyak lagi kepada masyarakat Indonesia. Selain mahal, hal ini akan sangat memberatkan APBN.  

Amerika kini memiliki cadangan gas terbesar di dunia. Mereka mempunyai infrastruktur untuk menyimpannya. Sedangkan kondisi Pertamina sering kali dilanda kasus korupsi dan manipulasi. 

Sebagai perusahaan pelat merah, Pertamina lebih banyak mengurusi kondisi perminyakan di dalam negeri daripada memperluas ekspansi usaha di luar negeri.

Ini berbeda dengan Petronas, BUMN asal Malaysia, yang telah memperluas usahanya di berbagai sektor di berbagai negara. Padahal dulu Petronas belajar kepada Pertamina. 

Mereka bahkan meniru persis kePrbijakan-kebijakan Pertamina. Pertamina juga kalah dengan Petrobras, BUMN asal Brazil, yang mengembangkan teknologinya sendiri. Petrobras mampu mengebor minyak hingga beberapa kilometer di bawah laut.

Indonesia kini bukan lagi anggota OPEC. Pada 2006, Indonesia keluar dari OPEC. Kini Indonesia terlibat profit sharing contract (PSC) dengan beberapa perusahaan asing. Perusahaan asing membiayai operasi eksploitasi.

Minyak bumi tidak hanya berkaitan dengan ekonomi, tetapi juga geopolitik. Negara-negara di dunia saling berebut wilayah-wilayah yang menyimpan sumber daya alam yang kaya. AS dan China terlibat persaingan untuk memperebutkan wilayah dengan cadangan minyak besar di dunia. AS berusaha menguasai Timur Tengah dan Asia Tengah, seperti Kazakstan, Turkmenistan, Tajikistan. Sementara China berusaha menguasai Afrika.

Mereka menguasai negara-negara tersebut tidak dengan langsung dengan membangun pangkalan militer, namun dengan investasi dan pengaruh yang luas. Indonesia sendiri menjadi sasaran kompetisi dari AS dan China. Perusahaan-perusahaan minyak AS kini menguasai banyak ladang minyak Indonesia.

Namun demikian beberapa perusahaan minyak China berusaha menguasai beberapa ladang minyak Indonesia.

Invasi AS ke Irak bukan sekadar masalah terorisme. Di balik itu ada kepentingan untuk menguasai cadangan minyak Irak yang merupakan nomor 3 terbesar di dunia.

Sebagai sebuah negara yang mempunyai  lokasi strategis di dunia, pemerintah Indonesia mestinya mengerti kondisi tersebut. Pemerintah Indonesia berupaya memperkuat militernya agar tidak dipecundangi oleh negara-negara besar.

Pada 2020, Indonesia diperkirakan akan mengalami krisis minyak. Hal ini tidak dapat dihindari. Indonesia kini menjadi net importir minyak.  Sumur-sumur minyak baru tidak dapat lagi ditemukan. Cadangan minyak Indonesia hanya 0,3 persen dari cadangan minyak dunia.

Kilang-kilang  minyak Indonesia telah usang. Banyak dibangun pada dekade 1890-an. Teknologi kita pun sudah usang. Blok Mahakam memang telah diserahkan kepada Pertamina setelah digunakan oleh Total Perancis, blok Rokan juga kembali diserahkan kepada pemerintah Indonesia.

Kondisi benar-benar harus diperhatikan oleh rakyat Indonesia. Presiden Joko Widodo dalam suatu kesempatan mengatakan bahwa masa kejayaan Sumberdaya alam (SDA) sudah berakhir. Pemerintah berencana akan menggenjot SDM Indonesia agar lebih berkualitas dan lebih unggul. Menggantungkan diri pada SDA sudah bukan zamannya lagi.

Rakyat Indonesia harus siap dengan berbagai situasi dan kondisi. Jika suatu saat nanti subsidi BBM harus dicabut merupakan satu hal yang harus dipersiapkan. Rakyat Indonesia harus memaklumi hal ini. Wallahu a'lam bisshowab.

 

Daftar Pustaka

Pria Indirasardjana. 2020 Indonesia dalam Bencana Krisis Minyak Nasional. Jakarta: Gramedia, 2013.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun