Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sensasi "Flow" saat Menulis

14 Mei 2018   16:44 Diperbarui: 14 Mei 2018   16:46 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menulis adalah pekerjaan yang mengasyikkan kalau kita mampu menikmatinya. Menulis adalah pekerjaan yang produktif dan kreatif yang dapat mengantarkan kita kepada sensasi "flow". Apa itu "flow"?

Secara etimologis, "flow" berarti mengalir. "Flow" merupakan istilah yang ditemukan oleh seorang psikolog Amerika, Mihaly Csikszentmihalyi yang menggambarkan sebuah proses ketika seseorang tenggelam dalam pekerjaannya. "Flow" terjadi ketika seseorang begitu menikmati proses pengerjaan sebuah karya hingga menjadi lupa waktu dan tidak mengindahkan di sekelilingnya.

Ketika seseorang menikmati "flow" dia sedang dalam keterlibatan penuh dengan kegiatannya. Ia mencurahkan segenap pikiran dan tenaganya kepada penciptaan sebuah karya. "Flow" juga dapat disebut sebuat momen putih.  "Flow" berarti kita mengalirkan energi dan konsentrasi kita kepada sebuah penciptaan sebuah karya. Dalam ajaran Zen, "flow" bisa dikatakan sebuah tindakan yang mengalir sehingga seseorang kehilangan eksistensinya. "Flow" juga dapat dikatakan sebagai tindakan tanpa pikiran. Seperti kata pepatah Yunani, "Panta Rei" atau segala sesuatu mengalir."Flow" dapat juga berarti mengalir bersama semesta. Dalam tradisi Zen Jepang, "flow" berarti melampaui indra atau melampaui pikiran.

Dalam konteks penulisan adalah bagaimana kita terserap penuh dengan apa yang kita tuliskan. Sering kali ketika kita menulis otak kiri kita bekerja terlalu aktif sehingga kita sibuk menata dan membuat kalimat. Kita lupa bahwa otak kanan dapat bekerja dengan aktif pula dalam menulis. Kita terlalu terpaku pada tata bahasa dan gaya menulis. Padahal tata bahasa dan gaya menulis sesungguhnya bukannya tidak penting namun hal itu dapat dilatih dengan banyak menulis.

Oleh karena itu, pakar pembelajaran menulis seperti Peter Elbow menganjurkan kita menulis setiap hari setidaknya sepuluh menit setiap hari dengan bebas tanpa memperhatikan ejaan atau tata bahasa. Tujuannya adalah untuk membiasakan kita untuk menulis dengan otak kanan terlebih dahulu. Peter Elbow mengajarkan kita untuk melakukan "free writing" setiap hari.

Sering kali setiap kita menulis kita terlalu terpaku pada struktur kalimat. Tata bahasa memang penting namun ada hal lain lebih penting. Yakni kegairahan kepada menulis itu sendiri.

Sensasi "flow" merupakan sebuah momen putih. "Flow" dapat terjadi di berbagai bidang, seperti melukis, menari, beribadah, dan main catur. "Flow" adalah sebuah kondisi di mana kita bergerak melampaui waktu. Kita merasakan keasyikan yang luar biasa. Kreativitas kita menyala-nyala. Seolah waktu bergerak begitu lambat atau begitu cepat. Momen ini begitu berharga dalam kehidupan terutama dalam pencapaian sebuah kreativitas.

"Flow" dapat kita capai kalau kita berfokus pada aktivitas yang sangat kita sukai. Ada keterlibatan secara emosional dan fisikal dalam mencapai sebuah kondisi "flow"! Cobalah Anda rasakan kondisi "flow" tersebut!

Para penulis, seniman, dan olahragawan di banyak negara telah merasakan puncak dari "flow"sehingga mereka mencapai prestasi puncak yang hebat. Kita pun dapat melakukannya dalam hal menulis. Dengan kondisi "flow" kita dapat menghasilkan banyak karya  yang berkualitas. Wallahu a'lam bisshowab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun