Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayat-ayat Antropologis dalam Alquran

11 Mei 2018   17:07 Diperbarui: 11 Mei 2018   17:21 2918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: aswatpost.com)

Alquran adalah kitab suci umat Islam yang masih terpelihara keasliannya hingga kini. Seluruh umat Islam di seluruh dunia sepakat Alquran mushaf Utsmani yang dibaca oleh umat Islam kini adalah Alquran yang sama dengan yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.

Sejarah kodifikasi Alquran dimulai pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shidiq yang kemudian diteruskan pada masa Umar bin Khattab hingga Khalifah Utsman bin Affan. Khalifah AbuBakar As-Shidiq membentuk panitia khusus yang ditugaskan mengkodifikasi Alquran yang pada masa dahulu terserak di berbagai macam tempat.

Sebagian ada pada masa beberapa sahabat. Umar bin Khattab berinisiatif mengusulkan kodifikasi Alquran agar umat Islam tidak berselisih mengenai kitab sucinya sebagaimana umat Yahudi dan Nasrani.

Panitia khusus kemudian dibentuk di bawah pimpinan Zaid bin Tsabit. Zaid melakukan pengumpulan berbagai macam catatan Alquran dan mengeceknya kepada para sahabat yang masih hidup. Zaid bin Tsabit melakukannya dengan penuh ketelitian. Zaid bin Tsabit menempatnya sesuai dengan petunjuk Nabi ketika beliau masih hidup. Istri Nabi Hafsah binti Umar menyerahkan catatan Alquran yang disimpannya.  Ayat-ayat demi ayat ditulis kembali. Kemudian terbentuklah mushaf Utsmani yang merupakan Alquran yang otentik.

Sebagai sebuah kitab suci Alquran tidak tercipta dalam ruang hampa. Alquran merupakan verbum dei yang telah bertahan melampaui sejarah. Banyak ayat dalam Alquran diturunkan berkaitan dengan kondisi dan situasi pada waktu itu. Ada interaksi antara teks dan konteks. Ayat-ayat Alquran merupakan respon Tuhan dalam interaksi antara Nabi Muhammad SAW dan kaum musyrik.

Untuk memahami Alquran tidak cukup dengan mengerti makna harfiahnya saja. Alquran harus dibaca secara substansi. Kondisi dan situasi kini dan dahulu berbeda. Perbedaan penafsiran Alquran di kalangan memang sering terjadi tergantung bagaimana mereka memahami Alquran. Menurut ahli tafsir Prof. Dr. Quraish Shihab, Alquran merupakan kitab yang memantulkan cahaya. Dari sudut manapun kita melihat kita bisa sinar-sinar yang dibiaskan oleh Alquran.

Alquran sendiri berarti "bacaan yang sempurna". Tuhan menciptakan Alquran dengan ketelitian dan kecermataan luar biasa. Dari jumlah hurufnya, kata-katanya, maupun isyarat-isyarat tentang sains dan peradaban manusia serta kehidupan di akhirat nanti. Alquran melampaui pemikiran manusia. Keberadaan Alquran telah menerangi peradaban Islam dari abad ke abad.

Sayangnya umat Islam sekarang hanya memahami makna harfiah Alquran tanpa menggali kedalaman isinya. Hampir setiap tahun di Indonesia diadakan Musabaqah Tilawatil Quran untuk mencari bacaan Alquran terbaik. Qori dan qoriah Indonesia sering memenangi lomba membaca dan menghapal Alquran.

Namun umat Islam tidak pernah mengkaji dengan sungguh-sungguh pesan-pesan Alquran. Sekalipun diturunkan di Arab, namun Alquran tidak ditujukan kepada orang Arab saja. Lebih dari itu, Alquran bersifat universal. Menurut Quraish Shihab, Alquran merupakan hidangan Allah kepada manusia.

Isi Alquran bermacam-macam. Salah-satu tema yang sering dilupakan dalam menafsirkan Alquran adalah mengenai kemanusiaan. Alquran mengandung ayat-ayat antropologis yang berbicara mengenai peranan manusia dan kebudayaannya di muka bumi. Alquran memang bukan kitab ilmu pengetahuan apalagi ilmu-ilmu sosial. Namun Alquran sendiri mengandung isyarat-isyarat mengenai jatuh bangunnya kekuasaan di muka bumi. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa ayat antropologis tersebut.

Salah-satu tema yang dibahas Alquran mengenai asal-usul manusia. Manusia di dunia ini merupakan keturunan Nabi Adam AS dan Hawa yang diturunkan ke muka bumi setelah mereka memakan buah khuldi yang dilarang oleh Tuhan. Namun Alquran menegaskan bahwa kesalahan itu merupakan kesalahan mereka berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun