Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perbedaan Gaya Belajar antara Negara Timur dan Barat

8 Maret 2018   19:01 Diperbarui: 9 Maret 2018   02:21 5849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Sebut saja, Sigmund Freud, Alfred Wallace, Thomas Alva Edison, Alexander Graham Bell, Marconi, Albert Einstein, dan lain-lainnya. Sikap ingin terus belajar dan menemukan hal-hal baru ini yang tidak ada pada orang Asia. Orang Asia cenderung hanya meneruskan apa yang telah dilakukan di masa lampau.

Tidak hanya di bidang sains dan teknologi, di bidang seni pun banyak orang Barat yang berani berkreasi beda. Sebut saja Pablo Picasso, Vincent van Gogh, Leonardo da Vinci, Michealangelo, Rembrandt, Titian, Paul Cezzane, Beethoven, Mozart, dan lain sebagainya.

Agar bangsa-bangsa di Asia ingin terus maju maka tidak salahnya meniru gaya Barat. Generasi muda harus dididik dengan rasa ingin tahu yang besar dan berani mengeksplorasi hal-hal baru. Selama ini sistem pendidikan di Asia didasarkan pada hafalan, bukan pemahaman. 

Bahkan pada ilmu-ilmu eksakta sekalipun.  Latihan soal terus menerus diberikan kepada peserta didik tanpa mengeksplorasi potensi mereka. Siswa-siswi di Asia dibebani dengan banyak hafalan, latihan soal, dan ujian yan seolah tak ada habisnya.

Ada lelucon, jika Einstein bersekolah di Asia, mungkin ia tidak akan lulus ujian.  Di sekolahnya Einstein memang bukan anak yang paling pintar. Tapi ia mempunyai daya imajinasi yang kuat. Dia suka berkhayal bagaimana mengendarai cahaya. Dia membuat paper-paper ilmiah sejak masih muda. Einstein muda mempunyai imajinasi liar.

Seandainya Einstein lahir di Indonesia mungkin ia tidak akan menjadi penemu seperti itu. Berimajinasi tidak diajarkan di sekolah-sekolah kita. Sistem pendidikan di negara-negara Asia tidak mengajarkan peserta didiknya untuk berimajinasi. Sistem pendidikan di negara-negara Asia hanya mengajarkan menggunakan otak kiri. 

Sedangkan berimajinasi membutuhkan kemampuan otak kanan. Tak heran sekolah-sekolah di Asia banyak menghasilkan ahli-ahli fisika, matematika, dan kimia namun tidak menghasilkan para sastrawan, seniman, aktor-aktor film, dan lain sebagainya. 

Sekolah-sekolah di Asia amat lemah dalam menghasilkan siswa-siswa yang pandai dalam berkesenian. Sekolah-sekolah di Asia lebih banyak menghasilkan pekerja dan karyawan yang patuh pada pimpinan di tempat kerja.

Kesimpulannya orang Barat lebih kreatif daripada orang Asia. Perbedaan sistem budaya menyebabkan kondisi tersebut. Orang Barat telah dididik sejak kecil untuk menjadi kreatif. Sedangkan orang Asia cenderung takut pada perubahan. 

Sistem pendidikan di Asia menghasilkan anak-anak yang patuh kepada norma sosial yang berlaku di masyarakat namun tidak menyebabkan mereka menjadi otonom. Pelajar di Barat lebih independen daripada pelajar di Asia. 

Orang Asia tidak belajar karena passion tapi keharusan yang diwajibkan orang-tua atau masyarakat. Mereka belajar karena ingin meningkatkan status sosial.  Sedangkan pelajar di Barat memiliki ambisi yang besar dengan apa yang dipelajarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun