Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Efektivitas dan Pengaruh Sebuah Tulisan untuk Dunia

16 Januari 2018   05:39 Diperbarui: 16 Januari 2018   08:35 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay)

Dalam sebuah mahakaryanya, Tongkat El-Hakim, penyair Mesir abad ke-20, Taufiq el-Hakim menulis mengenai peranan tulisan dalam masyarakat. Dalam sebuah dialog imajiner, Sang Tongkat mengatakan bahwa efektivitas dari sebuah tulisan amat lemah dibandingkan kekuatan retorika lisan. Pada umumnya, masyarakat lebih suka mendengar daripada membaca.

Mungkin Sang Tongkat lupa bahwa kesinambungan peradaban dunia tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya pengaruh tulisan. Karya-karya Socrates, Plato, Aristoteles, Gallen, Epicurus, Democritus, Phytagoras tidak akan dapat dipelajari seandainya mereka tidak menuliskannya secara mendalam. Tulisan-tulisan mereka menginspirasi umat manusia selama berabad-abad. Lalu mengapa Sang Tongkat begitu skeptis dengan masyarakat awam?

Masyarakat awam lebih cenderung kepada hal-hal yang sensasional. Masyarakat awam kurang menghargai para penulis. Mereka hanya memikirkan hari ini. Perhatian mereka lebih kepada hal-hal yang bersifat material ketimbang intelektual. Tulisan pada masa kuno adalah produk kaum elit. Kaum intelektual yang tinggal di istana, universitas, dan perpustakaan-perpustakaan milik lembaga keagamaan. Namun dalam perkembangannya, tulisan bukan hanya milik kaum intelektual. Masyarakat banyak pun membacanya.

Ketika Bani Abbasiyyah memperoleh teknologi pembuatan kertas dari China, mereka segera memproduksi kertas secara masif. Tulisan kemudian menjadi milik publik. Pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid memerintah terdapat hampir 100 perpustakaan di kota Baghdad.

Pada masa keemasan Islam, seorang penulis mendiktekan pemikirannya di hadapan seorang warraq atau seorang juru tulis. Setelah selesai ditulis, warraq tersebut meminta izin kepada penulis untuk menggandakan tulisan tersebut. Dalam sejarah penerbitan di Dunia Islam, warraq memegang peranan yang sangat penting. Ia bagaikan mesin fotokopi berwujud manusia. Ia tidak hanya menulis apa yang didiktekan oleh penulis, ia juga memberi komentar dan kritik terhadap tulisan-tulisan mereka.

Tulisan telah mewarnai kehidupan manusia. Konon, pencipta alfabet pertama adalah Nabi Idris as. Ia dinamai "idris" karena suka belajar. Nama "Idris" berasal dari kata "darasa" yang artinya belajar. Nabi Idris as dalam bahasa Yunani disebut "Hermes". Tak heran kita kemudian menemukan istilah "hermeneutika" yang berarti ilmu tentang penafsiran.

Penemuan tulisan adalah penemuan besar dalam sejarah kemanusiaan. Ini menandakan sebuah revolusi budaya. Manusia yang dahulu hidup dalam budaya lisan kini mampu mendokumentasikan berbagai macam peristiwa, sejarah, dan perjalanan hidup seorang manusia. Manusia kini mengingat sesuatu melalui perantara tulisan. Tulisan menjadi sesuatu yang penting. Para filsuf kemudian merekam jejak pemikirannya dalam tulisan. Begitu pula agamawan, cendekiawan, ilmuwan, politisi, sampai jenderal sekalipun mempunyai juru tulis dan sekretarisnya masing-masing.

Tulisan mengubah cara pandang manusia terhadap kehidupan. Pengetahuan dan informasi menyebar dari satu wilayah ke wilayah lainnya dengan cepat. Sejak kemunculan koran, majalah, televisi, dan internet, informasi dapat dengan muda disosialisasikan kepada seluruh umat manusia. Proses globalisasi pun dimulai. Informasi kemudian menjadi sesuatu yang penting bagi umat manusia. Kini perekonomian digital digerakkan oleh informasi. Begitu juga politik, sosial, dan budaya tidak akan dinamis tanpa kemunculan teknologi informasi dan komunikasi.

Dunia kini dikuasai rezim informasi. Siapa yang menguasai informasi akan menguasai dunia. Banyak media massa bermunculan. Para konglomerat berlomba-lomba menciptakan korporasi media hanya untuk menguasai atau memanipulasi opini publik. 

Tulisan masih ada hanya ia berubah bentuk. Kita masih bisa membaca tulisan di televisi dan situs internet. Tulisan masih berjaya hingga sekarang. Produk tulisan yang sangat kuno seperti buku masih dibaca hingga saat ini. Tulisan mengubah peradaban manusia. Sehingga tak salah jika ada ungkapan "Civillization starts on paper."

Kemunculan banyak teks dalam kehidupan manusia mempunyai arti sendiri. Teks tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Manusia menikmati teks. Teks bersliweran di mana-mana. Terlalu banyak teks bisa mengakibatkan banyak kebingungan.  Tak ada teks juga mengakibatkan manusia kebingungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun