Mohon tunggu...
Hanif Adnan
Hanif Adnan Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan siapa siapa

Hanya orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tresno Dumugi Pati (Tamat)

9 Agustus 2021   21:25 Diperbarui: 10 Agustus 2021   08:54 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelegaaarr...!!! Suara meriam menggelegar memecah keheningan pagi di pertengahan bulan Mei 1677. 

Sepuluh meriam besar ditempatkan di sekeliling atas benteng Baluwarti. "Benteng Baluwarti adalah bangunan benteng yang terkuat di pulau Jawa pada saat itu. 

Benteng Baluwarti mempunyai luas 2.000 meter persegi. Dengan bentuk jajar genjang dengan sisi timur dan barat sekitar 600 meter dan untuk sisi selatan dan utara sepanjang sekitar 400 meter. Sedangkan tinggi beteng mencapa lima sampai enam meter." 

Pasukan Trunojoyo dengan kekuatan sekitar 100.000 prajurit yang berasal dari Madura, Bang-bang Wetan, Bugis dan pembelot-pembelot yang bergabung dengan pasukan Trunojoyo. 20.000 prajurit siap mempertahankan Istana dengan persenjataan lengkap berlindung dan siap menyerang balik yang berlindung di dalam benteng yang kokoh.

Di sisi barat benteng Baluwarti serangan hebat terjadi. 

Salah satu peluru meriam besar menghantam salah satu pemimpin beserta pasukannya. Sekarpun tak bisa menahan tangis ketika melihat Wira menjadi salah satu korban dari peluru meriam besar itu. Kuda putih yang ditunggangi Sekar di pacu kencang menyibak debu-debu dan asap yang menghalangi pandangan. 

Dengan cepat dan cekatan tangan Sekar mengangkat tubuh Wira untuk dipindahkan ke punggung kuda. Diliriknya wajah yang berlumuran darah masih tersenyum dan berkata lirih, " Nduk.. aku tresno karo sliramu dumugi patiku (Dik.. aku cinta kamu sampai matiku)". 

Tapi dua anak panah melesat menembus punggung Sekar. 

Ditahannya rasa nyeri, Sekar memacu kuda putihnya menuju kali Opak. Dibawah pohon randu alas yang besar menjulang langit dan menancap kokoh di pinggir kali Opak. 

Sekar menurunkan Wira dari kuda, dibasuhnya wajah Wira yang tertutup darah dengan air kali Opak. Wira melihat dua anak panah yang tertancap di punggung Sekar dan berkata lembut, "Nduk.. ngopo Kowe nganti ngorbanke nyowo dinggo aku (Dik.. kenapa Kamu sampai mengorbankan nyawa untuk saya)". 

Sekar tersenyum dengan lembut, " Kangmas.. sliro tresno njenengan mboten  mergo kepentingan-kepentingan ingkang wonten donyo niki, Kangmas.. sliro nggih tresno njenengan dumugi patiku, Kangmas.. sliro pingin dados makmum njenengan wonten wedal sholat dhuhur niki  (Kangmas.. saya cinta kamu tidak karena kepentingan-kepentingan yang ada di dunia ini, Kangmas.. aku cinta kamu sampai matiku, Kangmas.. saya pingin jadi  makmum di waktu sholat dhuhur ini)". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun