Mohon tunggu...
HL Sugiarto
HL Sugiarto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk dibaca dan membaca untuk menulis

Hanya orang biasa yang ingin menulis dan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mangkatnya Sang Phoenix (Bagian I)

30 Mei 2020   12:01 Diperbarui: 30 Mei 2020   15:37 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matanya memerah, nafasnya terengah-engah, wajah tuanya terlihat pucat, tapi walaupun begitu ia masih bisa berlari dan bergerak dengan lincahnya bak anak muda . Terlihat ia memegang erat pedang shinobigatana di tangan kanannya sambil berlari kencang, ada tiga orang dibelakangnya mengejar dan mengikuti pak tua itu.

Tampaknya ia berlari untuk menghindari tiga orang pengejarnya itu, entah apa yang sedang terjadi akan tetapi kelihatannya mereka habis bertarung. Salah satu jubah pengejarnya terdapat noda darah, rasanya ia terluka karena sabetan pedang.

"Berhenti kau, pak tua!" teriak salah satu pengejarnya yang berpakain kimono hitam, dengan kamon bergambarkan kips. Ia memegang pedang katana bergagang merah dengan gaya menyamping dengan wakizashi dipinggang kirinya.

 Pria itu dikenal dengan nama Simamoto Katsuri, salah satu keturunan samuri yang pernah bekerja untuk klan Shimazu dan juga jebolan dari Akademi Angkatan Laut Kobe.Dia terkenal dengan sebutan Katana Kilat, sebutan yang  ia dapat ketika perang Boshin. Lawan-lawan tandingnya sering dibuat tumbang dengan satu atau dua kali tebasan. Gaya bertarungnya menggunakan dua pedang atau disebut niten'ichi.

Tak dinyana Pak tua yang dikejarnya itu pun menghentikan langkahnya, kemudian berbalik dan melihat kepada tiga orang pengejarnyanya, sontak pun para pengejarnya berhenti.

Ia  berkata kepada mereka, "Ternyata kalian masih belum sadar."

"Ketamakan telah merasuki pikiran kalian."

"Kalian hanya menginginkan pedang ini."

Salah satu pengejarnya tertawa kecil dan membalasnya dengan senyuman sinis. Umurnya sekitar tiga puluhan, seorang lelaki keturunan Eropa, berperawakan kekar dengan kumis menghiasi bibirnya. Ia dikenal dengan sebutan Mata Hati, Jack Armstrong, veteran perang Boer,  mantan seorang perwira dari angkatan perang Inggris. Ahli beladiri anggar dan senjata andalannya adalah pedang rapier, yang saat ini tergengam erat  ditangannya dan terhunus mengarah ke pak tua itu. Bersiap untuk menyerang setiap saat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun