Mohon tunggu...
HL Sugiarto
HL Sugiarto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk dibaca dan membaca untuk menulis

Hanya orang biasa yang ingin menulis dan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Buah Simalakama Masalah WNI Eks ISIS

7 Februari 2020   23:58 Diperbarui: 8 Februari 2020   10:51 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Kompas.com/ABC News

2. Pembiaran, pemerintah tidak mengurus status dan keberadaan 600 WNI eks ISIS ini dan diserahkan kepada komunitas internasional atau otoritas setempat;

3. Pemulangan secara selektif, yaitu memilah-milah siapa saja di antara 600 WNI eks ISIS ini yang bisa diterima kembali pulang ke Indonesia.

Resiko-resiko yang akan diterima pemerintah Indonesia bila melakukan pembiaran

1. Masalah keamanan

Para pengungsi WNI eks ISIS  apabila nantinya kamp-kamp pengungsian akhirnya dibiarkan terbuka atau dalam arti para pengungsi dan tawanan bekas ISIS ini akan bebas berkeliaran. Bahkan mereka nanti bisa pulang ke negara-negara sekitar Indonesia seperti Malaysia dan Filipina. Hal ini mengakibatkan tidak terdeteksinya para WNI eks ISIS ini, sehingga menyulitkan melakukan pengawasan terhadap mereka.

2. Resiko sorotan HAM

Masalah ini terkait pengungsi anak-anak di bawah umur 10 tahun dan para perempuan yang pergi bergabung dengan ISIS karena ikut suami atau orang tua mereka. Oleh karena itu apabila ada pembiaran terhadap mereka maka pemerintah Indonesia menjadi target sorotan HAM.

3. Resiko politik

Tindakan pemerintah bila melakukan pembiaran, maka akan  menjadi konsumsi masalah politik. Khususnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang selalu membandingkan pemulangan WNI dari Wuhan dengan penanganan 600 eks ISIS.


Resiko sosial dan keamanan bila 600 WNI eks ISIS dipulangkan ke Indonesia

"Untuk apa mereka pulang. Mereka adalah orang-orang yang kejam. Mereka bantai saudaranya sendiri, dan mengaku menyesal, lalu ingin pulang. Apakah masyarakat Indonesia tidak khawatir? Mereka adalah bibit terorisme," Sarina Gultom (Ibunya Trinity, korban bom molotov)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun