Mohon tunggu...
HL Sugiarto
HL Sugiarto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk dibaca dan membaca untuk menulis

Hanya orang biasa yang ingin menulis dan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Filosofi Biskuit Oreo

5 Agustus 2019   09:02 Diperbarui: 5 Agustus 2019   09:11 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                                                                                                                    

Teringat teman-temanku yang bernama Syafii dan Yudith, aku bertemu mereka sewaktu kuliah. Syafii adalah temanku sefakultas sedangkan Yudith teman jurnalis kampusku yang beda fakultas.

Aku memang tidak terlalu akrab dengan mereka, Syafii yang aku kenal adalah seorang pendiam, tidak neko-neko walau kadang menjengkelkan, ia kadangkala menjadi bahan candaan diantara teman-teman sepergaulan di fakultas. Yudith, perempuan imut, periang, sabar dan suka bicara. Ada hal yang menjadi persamaan mereka berdua yaitu kulitnya yang sawo matang, yah... agak cenderung coklat kehitam-hitaman begitu --catatan : aku tidak berniat menilai warna kulit mereka--.

Selepas kami lulus kuliah, aku sudah hilang kontak dengan mereka akan tetapi setelah lima tahun berlalu aku mendapatkan kabar bahwa mereka berdua sudah menikah dan mempunyai anak. Aku pun terkaget-kaget mengetahuinya karena tidak menyangka akhirnya mereka menikah padahal tidak pernah ku dengar bahwa mereka berpacaran di waktu kuliah bahkan tidak pernah menduga bahwa mereka saling kenal.

Oreo

Kemarin ketika aku mengendarai sepeda motor di jalan raya dan pada saat berhenti di lampu merah, aku melihat bungkus biscuit Oreo, tiba-tiba alam pikiranku menuju kepada kedua temanku ini dan menghubung-hubungkan gambar kepingan Oreo itu dengan mereka.

"Ah... Oreo, warna coklat kehitam-hitaman kayak Yudith dan Syafii," begitu pikirku.

Tanpa terasa lampu hijau menyala dan sepeda motor dibelakangku membunyikan belnya mengingatkan aku untuk memacu laju motor Honda merahku.

Aku terus berkendara sambil berpikir mengenai Syafii, Yudith dan Oreo. Tiba-tiba alur pikiranku menuju analogi tentang pernikahan, Oreo, Syafii dan Yudith.

"Yudith dan Syafii kok seperti Oreo ya?"

"Yah! Betul mereka seperti kepingan Oreo ini," aku menjawab sendiri pertanyaan yang ada dalam pikiranku itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun