Mohon tunggu...
Hantodiningratâ„¢
Hantodiningratâ„¢ Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Minimalist Blogger

hantodiningrat.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

[Anti-Materialism Movie] 5 Pelajaran Moral dari Film Everything Must Go

25 Mei 2016   05:59 Diperbarui: 25 Mei 2016   21:23 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jika Anda tertarik mencari tema baru nan segar untuk menonton film, saya ada rekomendasi yang bagus untuk Anda. Film yang akan saya rekomendasikan kepada Anda akan sangat pas mana kala Anda sedang ingin menonton film dengan tema yang masih jarang diangkat dalam sebuah film. Dan film yang akan saya rekomendasikan kepada Anda kali ini adalah film yang bertema tentang anti-materialisme yang berjudul Everything Must Go yang rilis tahun 2010 lalu.

Film ini bercerita tentang rumah tangga yang sedang berada diambang perceraian. Dalam masa perceraian, sang istri mengeluarkan barang-barang milik Nick, suaminya, dari rumah. Nick yang sedang kalut karena masalah perceraian dan pemecatan kerja, terpaksa harus tidur diluar rumah dan menjual beberapa barang kesayangannya. Mungkin film ini agak sedikit berbau indie dengan tempo yang sedikit lambat. Tapi, tetap ada pelajaran moral yang bisa dipetik dari film yang dibintang Will Ferrell ini.

1. Merelakan Kenangan

Nick pada awalnya tidak tertarik dengan saran Kenny, seorang bocah kulit hitam yang menyarankan agar Nick mengadakan yard sale, karena Nick merasa barang-barangnya penuh dengan kenangan. Tapi, pada akhirnya ia pun setuju dengan ide Kenny, dan menjual beberapa barang yang tak terlalu sering ia gunakan. Pelajaran moral pertama : Just because something or stuff made you happy in the past doesn't mean you have to keep it forever. 

2. Lepas Dari Keterikatan

Nick akhirnya menyetujui saran Kenny untuk menjual barang-barang pribadinya. Pertama, Nick tentu butuh uang untuk sekedar bertahan hidup setelah pemberhentian kerja. Yang kedua, mungkin ia mulai sadar bahwa apa yang selama ini ia beli dari hasil kerja kerasnya menjadi tak berarti. Pekerjaan mapan, gaji yang besar, dan barang-barang mewah ternyata tak sanggup membuatnya merasakan bahagia. Pelajaran moral kedua : You are responsible for your own happiness, if you expect other or things to make you happy, you'll always be disappointed.

3. Bekerja Untuk Hidup

Nick menghabiskan hampir kurang lebih 16 tahun bekerja sebagai seorang marketir di perusahaan lama tempat ia bekerja. Kesibukannya itu seringkali membuat ia merasa depresi, menjadi penyebab merenggangnya hubungan rumah tangga dengan istrinya. Hal ini terbukti dari Nick yang sama sekali belum mempunyai momongan atau putra, selama kurun waktu 16 tahun bekerja. Pelajaran moral ketiga : If you work for a living, and then why do you kill yourself working?

4. Keluarga Adalah Yang Utama

Nick yang sibuk bekerja membuat istrinya seperti merasa kurang diperhatikan. Alhasil istrinya sering merasa kesepian. Buntutnya istri Nick yang sering merasa kesepian jadi lari ke pelukan pria lain yang dianggapnya lebih perhatian, lebih dewasa dan penyayang yakni Frank, yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat karib Nick sendiri. Pelajaran moral keempat : A man who doesn't spend time with his family, can never be a real man.

5. Hidup Terus Berlanjut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun