Mohon tunggu...
Jihan Auliana Ghaisani
Jihan Auliana Ghaisani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Halo! Saya Jihan, mahasiswa Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia di Tengah Resesi Dunia: Kuat atau Lemah?

26 Oktober 2022   21:24 Diperbarui: 26 Oktober 2022   21:37 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada suatu negara, adanya krisis merupakan salah satu kejadian yang tidak dapat diperkirakan. Krisis pada suatu negara dapat diartikan sebagai kondisi dimana didalamnya terdapat kejutan hingga ancaman besar terhadap nilai-nilai penting sehingga memberikan ruang yang sempit dalam hal pengambilan keputusan untuk mengatasinya. Salah satunya yakni krisis ekonomi. 

Meskipun belum sepenuhnya terlepas dari adanya pandemi Covid-19, namun kehidupan masyarakat Indonesia mulai berangsur pulih. Berbagai sektor baik pemerintahan maupun ekonomi telah melakukan normalisasi, sehingga kehidupan masyarakat dapat kembali berjalan dengan penyesuaian-penyesuaian tertentu. 

Namun belum sampai lebih dari satu tahun dari pandemi,  hampir semua negara dari seluruh dunia harus menghadapi adanya ancaman resesi yang akan terjadi pada tahun 2023 mendatang. Resesi sendiri secara sederhana dimaknai oleh Julius Shiskin (1974) sebagai sebuah kondisi ketika nilai Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami penyusutan selama dua kuartal berturut-turut. Per tahun 2022, resesi sendiri telah melanda berbagai negara, baik negara maju maupun berkembang.

Contoh konkret dari adanya resesi dapat dilihat dari kondisi perekonomian Amerika Serikat, Jerman, Turki, dan sebagainya. Pada dua kuartal pertama tahun 2022, Jerman dan Amerika sebagai salah satu negara maju turut mengalami resesi pada dua kuartal pertama pada tahun 2022.  penyusutan PD dari 0,8% menjadi 0,1%. Bahkan di Turki sendiri, tingkat inflasi meningkat tajam dari 36,1% pada Desember 2021 menjadi 83,45% pada September 2022. Apabila dibandingkan, angka tersebut mengingatkan kondisi Indonesia pada tahun 1998 yang mengalami krisis moneter yang membawa masyarakat menuju keadaan anomie. Wah, tentunya gawat sekali ya keadaan Turki sekarang!

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? 

Mengutip dari CNBC, Sri Mulyani selaku Menteri Perekonomian menyatakan bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal III pada tahun 2022 mengalami pertumbuhan perekonomian sebesar 5,6-6%. Sedangkan resesi terakhir yang dialami Indonesia yakni pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan perekonomian Indonesia minus 3,49%. Perihal inflasi, Indonesia sendiri kerap mengalaminya sejak pasca reformasi dari berbagai periode kepemimpinan. Salah satu inflasi yang paling ditentang sendiri yakni kenaikan harga BBM yang di demo oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia ketika zaman Presiden SBY.

Berangkat dari kondisi tersebut, menimbulkan suatu pertanyaan yang menarik: Apakah Indonesia akan selamat dari jurang wacana resesi tahun 2023? Nyatanya, tidak semudah yang dibayangkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, baik internal maupun eksternal. Pertama, terjadinya inflasi di berbagai negara dan melemahnya nilai tukar Rupiah. Indonesia sendiri masih menyimpan devisa dalam bentuk Dollar Amerika Serikat. Amerika Serikat sendiri sedang mengalami resesi pada kuartal keempat tahun 2022, untuk itu salah satu kebijakan The Fed atau Bank Sentral Amerika ambil ialah menaikkan angka suku bunga tertinggi kepada para investor. Akibatnya, investor Amerika semakin berkurang sebab uang yang mereka investasikan ke luar negara termasuk Indonesia harus ditarik kembali ke bentuk Dollar AS.

Kedua, ada pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 memang sudah mulai mereda dan banyak negara yang telah membebaskan warganya untuk beraktivitas seperti biasa. Namun tidak dapat dipungkiri pada saat meluasnya wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 sampai dengan awal tahun ini, aktivitas ekonomi global menurun drastis. Tidak sedikit masyarakat mengalami PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), pengangguran, bahkan cenderung meningkatnya kriminalitas akibat ekonomi rumah tangga yang menurun. Setiap negara lebih fokus menangani Covid-19 dan menerapkan pembatasan aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi secara global pun mengalami kontraksi.

Sama halnya dengan pandemi Covid-19, adapun hal ketiga yang perlu diperhatikan ialah masih berlangsungnya perang Rusia-Ukraina yang memicu terjadinya resesi global. Perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak bulan Februari lalu, telah menghilangkan PDB global hingga USD 2,8 triliun dikarenakan menghambat rantai pasok global sehingga menimbulkan krisis terutama di sektor pangan dan energi, yang pada akhirnya mengakselerasi laju inflasi. Perang Rusia-Ukraina merupakan faktor utama penyebab terjadinya resesi ekonomi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023 mendatang. 

Lalu, bagaimana cara menyikapi terjadinya resesi yang melanda hampir semua negara di seluruh dunia? Indonesia dapat dikatakan memiliki perekonomian yang cukup kuat, Namun tidak cukup kuat untuk bertahan sendiri. Untuk itu, penulis mendasari pemikiran dari teori M. J. Keynes terkait permintaan agregat. Melalui teori ini. Keynes beranggapan bahwa konsumsi yang dilakukan oleh satu orang akan berdampak pada pendapat orang lain pada perekonomian yang sama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pentingnya siklus perputaran uang sehingga menggerakan roda perekonomian. 

Berbeda dari ekonom Klasik, Keynes beranggapan bahwa sektor swasta meskipun memiliki otonomi dalam mengatur ekonominya, namun belum memiliki mekanisme pneyeimbang yang efisien. Untuk itu, diperlukan adanya pengaturan atau intervensi dari pihak pemerintah, baik outputnya dapat berupa kebijakan fiskal maupun moneter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun