Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Danau Toba, Tempatku Mandi, Jadi Ajang Balap F1 Powerboat

23 Februari 2023   10:48 Diperbarui: 23 Februari 2023   10:53 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini mata dunia sedang tertuju ke Danau Toba. Sebab mulai hari ini, Kamis tanggal 23  hingga 28 Februari 2023, diselenggarakan acara balap F1 Powerboat atau F1H2O di danau vulkanik tersebut. Pesertanya para pebalap dari mancanegara. 

Seru, sudahlah pasti. Ribuan pengunjung diperkirakan meramaikan even yang baru pertama terjadi di sini. Bahkan Presiden Jokowi dikabarkan akan menontonnya.

Mendengar berita ini, tiba-tiba penulis dipenuhi rasa rindu pada danau legendaris ini. Penulis memang lahir di tepian danau ini, dan menjadi lahan bermain dari masa kanak-kanak hingga remaja. Tamat sekolah pergi merantau, dan jarang pulang. Namun akhir-akhir ini sering mendengar kabar bahwa di era Jokowi denyut pembangunan di kawasan ini dipercepat demi menjadikan Danau Toba jadi destinasi wisata dunia.

Tapi sempat geram ketika ada rencana oknum gubernur setempat menjadikan kawasan ini wisata halal. Maksudnya ternak-ternak yang diharamkan oleh sebagian orang akan dimusnahkan dari kawasan ini? Wajarlah jika warga marah besar mendengar ide yang ngawur ini. 

Namun yang menjadi keprihatinan besar penulis ketika pulkam beberapa tahun silam adalah banyaknya keramba ikan bertebaran di pinggiran danau. Sangat mengganggu pemandangan, dan juga merusak, mengotori danau. Banyak suara dan protes supaya keramba-keramba itu disingkirkan, tetapi bukannya hilang namun makin marak?

Kabarnya keramba-keramba itu adalah bisnis orang-orang bermodal besar? Dan jika uang sudah berbicara, mulut siapa pun bisa dibungkam. Maka wajar jika suara-suara protes tidak diindahkan. Terlebih ada dalih bahwa usaha keramba itu mempekerjakan banyak orang. Kita tidak tahu bagaimana akhirnya. Apakah penyimpangan semacam ini akhirnya bisa diatasi oleh pemerintah, atau tidak sama sekali?

Yang jelas, di masa kecil dulu, keramba-keramba ini tidak ada. Maka enak sekali rasanya berenang dari tepian sampai ratusan meter ke tengah danau. Apalagi jika cuaca sedang bagus, tidak ada ombak, air danau jernih... saat-saat seperti ini sangat menyenangkan berenang bersama kawan-kawan sepermainan, tanpa sehelai kain menutupi badan. Tiba di tepi danau, lepas baju dan celana pendek lalu nyebur. 

Atau bermain di areal pelabuhan lebih seru lagi. Jika ada kapal yang siap berangkat ke Pulau Samosir, ada yang sengaja naik di atap kapal, setelah melepas baju dan celana. Tapi ada juga yang tetap mengenakan celana. Kita-kita masih bocah jadi masih pakai celana pendek. Setelah kapal berjalan ratusan meter, satu-satu meloncat dari kapal dan berenang menuju pantai. Sangat mengasyikkan dan menyenangkan mengenangnya kembali.

Tapi apakah permainan semacam ini masih dilestarikan, dilanjutkan oleh anak-anak setempat? Mungkin tidak lagi sebab kondisi danau pasti sudah banyak berubah. Atau apakah masih banyak  warga yang mandi pagi atau sore di tepian, seperti dulu? Mungkin tidak lagi, sebab perairan, khususnya di sekitar keramba-keramba itu tentunya sudah tercemar, tidak jernih seperti dulu lagi.

Hari ini, Danau Toba menjadi lokasi permainan seluruh bangsa. Penulis hanya bisa berharap, semoga acara semacam ini tidak malah semakin merusak Danau Toba.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun