Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Childfree, Keputusan Berat Namun Mulia

9 Februari 2023   06:56 Diperbarui: 9 Februari 2023   07:12 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kompas.com

Anak atau keturunan bagi masyarakat Indonesia adalah sesuatu yang sangat urgen (didamba). Maka pernikahan yang dijalani, salah satu tujuan utamanya adalah untuk regenerasi. Namun tidak semua orang (baca: pasangan) mendapatkan apa yang diidamkan tersebut.

Maka setelah usia perumahtanggaan berlalu dua tiga tiga tahun, dang sang istri belum memperlihatkan "tanda-tanda" yang menggembirakan, maka kedua belah pihak mulai melakukan berbagai upaya ekstra: rajin dan rutin mengunjungi dokter urologi, giat mengonsumsi makanan (buah) yang katanya bisa membantu, hingga secara berkala mendatangi tukang urut atau tukang pijit.

Begitu pentingnya kehadiran si buah hati bagi suatu pasangan, beragam cara mereka tempuh, seperti yang disebut di atas tadi. Dan itu semua masih dalam batas yang wajar, rasional, dan tidak melanggar etika atau ajaran agama apapun. 

Tetapi, ketika semua itu tidak juga memperlihatkan tanda-tanda yang memberi harapan, pasangan yang bawaannya tidak sabaran pun akhirnya berkonsultasi ke orang pinter, atau sebut saja dukun. Entah apa urusannya, namun begitulah geliatnya orang atau pasangan yang begitu mendambakan hadirnya buah hati. 

Dan ketika dirasa semua jalan atau cara sudah deadlock  buntu, ada pasangan yang akhirnya memilih "bubar" alias bercerai. Opsi semacam ini biasanya lebih banyak datang dari pihak pria (suami) dengan berbagai alasan masing-masing. Ada pula yang akhirnya mengadopsi, dengan tujuan "memancing".

Di antara sekian banyak kasus yang dicontohkan di atas, ada banyak pasangan yang memilih pasrah atau nrimo saja walaupun akhirnya tidak dianugerahi putra-putri. Kedua belah pihak memilih untuk melanjutkan hubungan pernikahan meski tidak punya anak, child free. 

Tentu hal ini dijalani atas dasar berbagai pertimbangan. Faktor utama misalnya karena rasa cinta kasih antara kedua belah pihak yang sangat besar, tulus dan ikhlas. 

Tapi ada pula yang karena faktor keyakinan dalam agama, bahwa pasangan yang telah dipersatukan Tuhan Allah lewat pernikahan kudus, tidak boleh dipisahkan (cerai) oleh situasi dan kondisi apapun. Hanya kematian yang bisa memisahkan pasangan itu. Lalu keduanya memutuskan hidup dalam rumah tangga dengan status childfree.

Dan apabila keputusan untuk ber-childfree ini diambil oleh pasangan atas dasar saling pengertian, dalam situasi hati dan jiwa yang saling cinta, berlandaskan kasih sayang dan saling membutuhkan, hal itu sungguh sangat indah dan ideal.

Akhirnya, kita memang sangat memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pasangan yang memilih untuk tetap menyatu walau tidak mendapatkan apa yang mereka dambakan semenjak hidup bersama dalam ikatan suami-istri. Memang sebelum itu keduanya sudah melakukan banyak hal  demi datangnya si buah hati, darah daging sendiri. 

Namun jika akhirnya apa yang diangankan tidak pernah terkabul, mereka akhirnya pasrah dan meyakini bahwa itu adalah kehendak Tuhan. Pasti ada rencana Tuhan di balik itu semua. Dan kehendak Tuhan adalah yang terbaik.

Seperti itu kira-kira pendapat mereka atas keputusan dan ketulusan menjalani kehidupan rumah tangga yang childfree. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun