Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Bola

Jika Sudah Unggul, Timnas Jangan Ngotot Lagi

8 Desember 2019   11:53 Diperbarui: 8 Desember 2019   12:00 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertandingan semifinal cabang sepak bola SEA Games 2019 Manila Filipina, antara PSSI U-23 versus Myanmar yang dihelat di Rizal Memorial Stadium, Manila, Sabtu 7 Desember 2019, akhirnya dimenangkan oleh Garuda Muda dengan skor 4 - 2. Hasil positif itu didapat setelah melalui perpanjangan waktu 2 x 15 menit.

Indonesia maju ke final menghadapi Vietnam, yang pada hari yang sama menaklukkan Timnas Kamboja dengan skor 4 - 0. Grand final ini menjadi kurang greget sebab kedua finalis tadinya berada dalam Grup B. 

Vietnam dengan status juara grup menghadapi Kamboja yang lolos ke semifinal selaku runners up Grup A. Tim Merah Putih melawan peringkat pertama Grup A, Myanmar.

Di semifinal, hingga babak pertama, PSSI bermain imbang atas Myanmar, sekalipun timnas kita sebenarnya cukup banyak menciptakan peluang. Gol yang diharapkan baru tercetak pada menit ke-60 oleh Evan Dimas. Eggi M. Fikri menggandakan kemenangan timnya menjadi 2 - 0 pada menit ke-71.

Rasa percaya diri yang mungkin sangat berlebihan, membuat Osvaldo dkk tidak mengendorkan serangan ke wilayah lawan. Mereka terus menggempur hingga jauh meninggalkan wilayah sendiri. Nafsu menambah keunggulan sangat terlihat di kubu anak-anak Garuda. 

Dan kondisi seperti ini dimanfaatkan dengan jitu oleh Myanmar. Pada menit ke-78 pemain Myanmar bernomor punggung 13 membobol gawang PSSI tanpa adanya kawalan ketat dari pemain belakang Indonesia. Skor 2 - 1.

Satu menit kemudian (79), Myanmar menyamakan kedudukan menjadi 2 - 2 berkat sepakan pemain pengganti, WN Tun bernomor punggung 10.

Tentu saja kondisi ini sangat memukul skuat Merah Putih dan segenap bangsa Indonesia. Secara alami, Asnawi Bahar cs pasti menurun semangatnya gara-gara mentalnya sedang terpukul oleh dua gol yang berdekatan jaraknya itu. Sebaliknya timnas Myanmar pasti terangkat moralnya yang padahal sudah terpuruk. 

Untunglah timnas PSSI tidak larut dalam keterpurukan itu sehingga paling tidak dapat bertahan hingga peluit panjang ditiup wasit. Pertandingan pun dilanjutkan 2 x 15 menit.

Apes nian. Mestinya, PSSI sudah memegang tiket ke grandfinal, namun gara-gara kesalahan sendiri, tiket yang sebenarnya sudah di tangan, terpaksa dilepas lagi.

Apa kesalahan itu? Tim Garuda tidak mengubah strategi ketika sudah unggul "besar", 2 - 0, pada menit ke-71. Timnas tetap bernfasu menambah kemenangan hingga wilayah pertahanan terlupakan. Sementara Myanmar sudah menerapkan taktik serangan balik dengan menempatkan seorang pemain di dekat wilayah Garuda. Anak-anak Aung San Syuukie tahu diri bahwa kekuatan yang mereka miliki tidak memadai untuk meladeni Indonesia secara frontal.

Sebaliknya, tim Merah Putih lebih berani maju, dan lebih sering mencatatkan peluang, mengancam gawang lawan. Alhasil gol-gol balasan Myanmar yang tercipta secara beruntun pada menit ke-78 dan 79 itu dilesakkan tanpa ada pengawalan yang ketat dari Indra Nugroho dkk.

Padahal gol-gol Myanmar itu sebenar tidak perlu terjadi, dan membuat pertandingan ditambah setengah jam lagi, apabila coach Indra Sjafrie, menginstruksikan anak-anak asuhnya supaya memilih bertahan saja, tak usah lagi ngotot merangsek ke daerah lawan.

Tapi mungkin karena merasa posisi berada di atas angin, karena lawan sedikit lebih "lambat", Garuda Muda terus menyerang hingga menciptakan ruang menganga di daerah sendiri. Dan gol gol yang merampas tiket ke final yang sudah di kantong itu pun lepas lagi. 

Unggul 2 - 0 pada menit 71, atau hanya tinggal 20 menit waktu tersisa, mestinya timnas Indonesia memilih bertahan total saja, sambil sesekali melakukan serangan balik dengan menempatkan dua orang di kawasan lawan. Namanya saja semifinal, pertarungan hidup-mati, di mana hanya tim yang menang dapat melanjutkan ke babak berikutnya atau grand final.

Dewi Fortuna masih menaungi anak-anak Indonesia sehingga di babak extra time bisa melesakkan dua biji gol, masing-masing pada menit 101 oleh Osvaldo Haay yang menuntaskan umpan dari Asnawi Bahar. Lalu Evan Dimas menggandakan keunggulan tersebut pada menit 112. Kedudukan pun menjadi 4 - 2 untuk keunggulan Indonesia.

Dengan kemenangan ini, PSSI U-23 akan kembali berhadapan dengan timnas sesama U-23 dari Vietnam pada 10 Desember 2019 pada babak pamungkas atau grand final. Pemenangnya berhak atas medali emas cabang sepak bola SEA Games 2019 ini.

Bagi PSSI, medali emas adalah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar dengan apa pun. Kesalahan yang berbuah kekalahan (1 - 2) sewaktu menghadapi tim yang sama (Vietnam) pada babak penyisihan Grup B, harus dijadikan pelajaran berharga. 

Di final nanti, jika sudah unggul 2 - 0 misalnya, Indonesia sebaiknya fokus saja mempertahankan keunggulan, dengan cara bertahan total, sambil melakukan serangan balik. 

Semoga skenario seperti ini benar-benar menjadi kenyataan nanti, hingga medali emas dibawa pulang oleh anak-anak Garuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun