Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ketika Media "Terpercaya" Itu Mulai Disangsikan

23 Maret 2019   10:57 Diperbarui: 23 Maret 2019   15:21 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Minggu lalu, di tengah panasnya suhu politik menjelang tibanya HARCOBNAS (Hari Pencoblosan Nasional) yang akan dilangsungkan pada Rabu 17 April 2019 mendatang--atau kira-kira tiga minggu dari sekarang, sebuah media harian "terbesar dan terpercaya", ujug-ujug mengangkat berita utama (headline) tentang hasil survei elektabilitas teranyar para capres. Katanya, hasil survei itu merupakan hasil penelitian dari desk litbang (penelitian dan pengembangan) media yang bersangkutan.

Mengejutkan sekali, sebab hasil survei tersebut berbeda jauh dibanding hasil survei lembaga-lembaga survei yang selama ini dikenal profesional dan kredibel. Jika selama ini lembaga-lembaga survei pada umumnya menempatkan paslon capres 01 jauh unggul dibanding rival, maka hasil penelitian Litbang yang kita bicarakan ini mencatatkan selisih yang lebih menyempit. 

Kebanyakan lembaga survei mencatatkan selisih 20% lebih untuk keunggulan paslon 01. Namun Litbang media ini mengumumkan selisih yang sudah menyempit, yakni sekitar 11%. Memang, paslon 01 masih tetap unggul dua digit, namun tak pelak pengumuman itu menciptakan sedikit gejolak juga di kalangan 01.

Mungkin ada banyak hikmah yang bisa diambil oleh kubu 01 atas perilisan hasil survei versi Litbang tersebut, dengan misalnya menjadi semakin giat dan militan berkampanye ke masyarakat. Sebab bukan tidak mungkin banyak simpatisan atau relawan paslon 01 yang mengendorkan kampanyenya (santai-santai) karena merasa calon yang mereka usung sudah unggul jauh: 20% lebih berdasarkan survei-survei dan penelitian! 

Sikap dan anggapan simpatisan 01 yang seperti ini jelas berbahaya, sebab hasil final pilpres bukan ditentukan oleh survei, namun hasil pencoblosan di TPS-TPS. Apabila banyak simpatisan yang sudah yakin paslonnya menang, dan akhirnya ogah-ogahan datang ke TPS, ini bisa menjadi bumerang.

Sebab simpatisan capres rival sangat militan, nekat dan tidak segan menghalalkan segala cara. Penyebar hoax dan fitnah untuk  menjelek-jelekkan paslon 01 telah banyak diamankan. Tapi sepertinya kelompok ini tidak jera-jera, dan tidak malu melakukan kampanye yang tidak beretika. Padahal mereka sangat piawai membawa-bawa isu agama, dan mengatasnamakan agama, bahkan capres mereka pun, menurut mereka, adalah pilihan para ulama (ijtimak ulama). 

Tapi gaya berkampanye yang dilakukan oleh oknum-oknum kelompok  ini sering tidak relevan dengan ajaran agama yang selalu menekankan perbuatan baik, damai, jujur, berakhlak terpuji terhadap sesama manusia? Misalnya ada yang getol menuduh orang yang berbeda pilihan dengannya itu "dungu", dan lain sebagainya. Sangat bertentangan dengan etika dan moralitas dan ajaran agama.

Nah, sekarang kita lanjutkan soal hasil survei yang dirilis oleh media "terpercaya" yang didapat berdasarkan hasil kerja Litbang mereka. Kenapa survei ala Litbang ini bisa tampil beda? Status sebagai media lama, mapan, dan mungkin terbesar di negeri ini, dan terpercaya, membuat kita buru-buru menepiskan segala syak wasangka dan kecurigaan. 

Sebab mana mungkin media raksasa yang sejak dulu dikenal independen, jujur, dan "kaya" itu memihak salah satu kontestan? Media yang satu ini terlalu besar dan mulia dibanding hanya urusan pilpres yang hanya lima tahun sekali. Sementara media ini sudah punya sejarah setengah abad.

Tapi, sebuah tulisan di sebuah media sosial, yang mencoba menelisik siapa-siapa sosok di belakang media ini, menyajikan data yang cukup mencengangkan. Dan ketika sosok-sosok ini dihubungkan dengan hasil survei Litbang yang "kontroversial" itu, orang-orang pun bergumam: Oh, pantes!

Ya, berdasarkan penelusuran penulis artikel yang dimaksud, ternyata nama pemred/penanggung jawab media terpercaya tersebut di atas, yang sengaja merilis hasil penelitian Litbang,  yang memangkas selisih elektabilitas secara tajam itu, punya kaitan yang sangat erat dengan capres "sebelah".  Si pemilik nama pemred / penanggung jawab media "terpercaya" tersebut bersuamikan seseorang  yang adalah orang dekat capres termaksud.  Bahkan dari jejak-jejak digital yang diperoleh, sang pemred pernah mengunjungi sang capres di kediamannya, entah untuk urusan apa. Dan sang suami si pemred ini adalah salah satu yang disiapkan menjadi calon menteri apabila si capres tersebut berkuasa. Dahsyat kan, alasannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun